Liputan6.com, Tel Aviv - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berjanji pada Selasa (30 April) untuk melancarkan serangan darat di kota Rafah di ujung selatan Jalur Gaza "dengan atau tanpa" kesepakatan gencatan senjata yang disepakati dengan Hamas.
Perdana Menteri yang berhaluan keras mengeluarkan peringatan itu meskipun ada kekhawatiran kuat yang diajukan oleh sekutu utamanya Washington dan beberapa jam sebelum Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dijadwalkan tiba di Israel dalam tur krisis Timur Tengah terbarunya.
Baca Juga
Benjamin Netanyahu, yang bersumpah untuk menghancurkan Hamas atas serangannya pada 7 Oktober, menjanjikan “kemenangan total” dan mengatakan menghentikan perang "sebelum mencapai semua tujuannya adalah hal yang mustahil".
Advertisement
"Kami akan memasuki Rafah dan kami akan melenyapkan batalion Hamas di sana dengan atau tanpa kesepakatan," katanya kepada keluarga beberapa sandera yang masih ditahan di Gaza," kata kantor PM Israel seperti dikutip dari Channel News Asia, Rabu (1/5/2024).
Komentar PM Israel itu muncul ketika Hamas sedang mempertimbangkan rencana gencatan senjata terbaru yang diusulkan dalam pembicaraan di Kairo dengan mediator AS, Mesir dan Qatar yang telah meningkatkan harapan untuk mengakhiri pertempuran setelah hampir tujuh bulan.
Hamas yang disebut kelompok militan Palestina mengatakan, mereka sedang mempertimbangkan rencana gencatan senjata selama 40 hari dan pertukaran sejumlah sandera dengan jumlah tahanan Palestina yang lebih besar.
Hamas, yang utusannya kembali dari perundingan Kairo ke markas mereka di Qatar, akan "membahas gagasan dan proposal tersebut”, kata sumber Hamas, seraya menambahkan bahwa “kami ingin merespons secepat mungkin".
Al-Qahera News, sebuah situs yang terkait dengan badan intelijen Mesir, sebelumnya melaporkan bahwa perunding Hamas akan "kembali dengan tanggapan tertulis".
Seorang pejabat Israel mengatakan kepada AFP bahwa pemerintah “akan menunggu jawaban hingga Rabu (1/5) malam”, dan kemudian “membuat keputusan” apakah akan mengirim utusan ke Kairo.
PM Benjamin Netanyahu Terdesak
Adapun Washington telah meningkatkan tekanan pada semua pihak untuk mencapai gencatan senjata – sebuah pesan yang didorong oleh Blinken, yang sedang melakukan tur regionalnya yang ketujuh sejak perang pecah.
Blinken, yang tiba di Yordania dari Arab Saudi dan kemudian menuju ke Israel untuk melakukan pembicaraan dengan Netanyahu dan pejabat lainnya pada hari Rabu (1/5), menggambarkan tawaran Israel sebagai “sangat murah hati”.
Sementara di Amman pada hari Selasa (30/4), Blinken menyerukan penggandaan upaya bantuan pada “momen kritis dalam memastikan bahwa segala sesuatu yang perlu dilakukan telah dilakukan”. Dia bertemu dengan Raja Abdullah II, yang menekankan "pentingnya tindakan segera untuk menghentikan bencana kemanusiaan di Jalur Gaza dan perlunya melindungi warga sipil yang tidak bersalah", menurut pernyataan kerajaan.
Washington sangat mendukung sekutunya, Israel, namun juga menekannya agar menahan diri dari invasi darat ke Rafah, yang dipenuhi warga sipil yang terlantar.
Calev Ben-Dor, mantan analis Kementerian Luar Negeri Israel dan sekarang wakil editor untuk tinjauan khusus Fathom, mengatakan kepada AFP bahwa "Komentar Rafah Netanyahu kemungkinan besar lebih berkaitan dengan upaya untuk menjaga koalisinya tetap utuh, daripada rencana operasional dalam waktu dekat."
Perdana menteri, yang pemerintahannya mencakup politisi sayap kanan yang dengan keras menentang usulan gencatan senjata, “merasakan ketegangan antara pemerintahan Biden … dan komponen koalisinya yang moderat dan lebih ekstrem”, kata Ben-Dor.
Advertisement
Joe Biden Tuai Kemarahan dari Kampus di AS
Sementara itu, Presiden Joe Biden, yang menghadapi kemarahan yang meningkat di kampus-kampus AS, mendesak para pemimpin Mesir dan Qatar pada hari Senin (29/4) “untuk mengerahkan semua upaya untuk menjamin pembebasan sandera yang ditahan oleh Hamas”.
Biden menyebut hal ini sebagai "satu-satunya hambatan" dalam mendapatkan bantuan bagi warga sipil Gaza, yang menurut PBB berada di ambang kelaparan.
Sebuah dermaga terapung yang dibangun AS di pantai Gaza untuk memungkinkan pengiriman bantuan lebih besar diperkirakan akan selesai akhir pekan ini, kata Siprus, titik keberangkatan untuk "koridor maritim” yang direncanakan.
Israel Terus Serang Gaza Ketika Diplomasi Gencatan Senjata Diupayakan
Ketika diplomasi berlanjut, Israel terus melakukan pemboman yang meratakan sebagian besar wilayah Gaza.
Seorang koresponden AFP melaporkan serangan udara terhadap Kota Gaza, Khan Yunis dan Rafah, sementara Israel mengatakan "jet tempur menyerang sejumlah sasaran teror di Gaza tengah".
Warga Palestina di Rafah berduka atas korban terbaru ketika anak-anak dikeluarkan dari reruntuhan.
Di Rumah Sakit Al-Najjar, para kerabat yang berduka berdesak-desakan mencari korban tewas, yang tubuhnya diselimuti kain putih.
“Kami menuntut seluruh dunia menyerukan gencatan senjata yang langgeng,” kata salah satu kerabat yang berduka, Abu Taha.
Perang tersebut dimulai setelah serangan Hamas pada 7 Oktober di Israel selatan yang mengakibatkan kematian 1.170 orang, sebagian besar warga sipil, menurut penghitungan AFP atas angka resmi Israel.
Serangan balasan Israel sejauh ini dilaporkan telah menewaskan sedikitnya 34.535 orang di Gaza, sebagian besar perempuan dan anak-anak, menurut kementerian kesehatan di wilayah yang dikuasai Hamas.
Militan Palestina juga menyandera sekitar 250 orang pada 7 Oktober. Israel memperkirakan 129 orang masih berada di Gaza, termasuk 34 orang yang diyakini tewas.
Advertisement