Liputan6.com, Washington, DC - Amerika Serikat (AS) mengatakan kepada Israel bahwa mereka harus sepenuhnya transparan atas serangan udara yang dilaporkan menewaskan puluhan orang di sebuah sekolah di Gaza tengah yang dipenuhi pengungsi pada Kamis (6/6/2024) pagi.
Otoritas Kesehatan Jalur Gaza menyebutkan 40 orang tewas, termasuk 14 anak-anak dan sembilan wanita, dan 74 lainnya terluka dalam serangan Israel tersebut.
Baca Juga
Sementara itu, Komisaris Jenderal badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA) Philippe Lazzarini mengungkapkan sedikitnya 35 orang tewas dan banyak lainnya luka-luka. Direktur Komunikasi UNRWA, Juliette Touma, mengatakan kepada BBC bahwa angka itu berasal dari rekan-rekan UNRWA di lapangan.
Advertisement
Wartawan lokal mengatakan kepada BBC bahwa sebuah pesawat perang menembakkan dua rudal ke ruang kelas di lantai atas sekolah di kamp pengungsi perkotaan Nuseirat.
Militer Israel mengaku pihaknya melakukan serangan "tepat" terhadap "kompleks Hamas", namun Kantor Media Pemerintah yang dikelola Hamas di Gaza membantah klaim Israel.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri AS Matthew Miller menuturkan Israel harus secara terbuka mengidentifikasi para anggota Hamas yang mereka klaim telah dibunuh.
"Pemerintah Israel telah mengatakan bahwa mereka akan merilis lebih banyak informasi mengenai serangan ini, termasuk nama-nama mereka yang tewas dalam serangan tersebut," kata Miller, seperti dilansir BBC, Jumat (7/6).
"Kami berharap mereka sepenuhnya transparan dalam mempublikasikan informasinya."
Pada Kamis malam, juru bicara militer Israel Daniel Hagari memberikan nama sembilan anggota Hamas dan Jihad Islam yang menurutnya tewas dalam serangan itu. Dia mengklaim lebih banyak lagi yang akan diidentifikasi setelah pekerjaan dilakukan untuk memverifikasi informasi.
Namun, saat berbicara di Washington pada Kamis malam, Miller menyatakan, "Kami mengetahui klaim bahwa 14 anak-anak tewas dalam serangan ini dan tentu saja, jika itu akurat, bahwa 14 anak terbunuh maka mereka bukan teroris. "
Wartawan lokal dan warga mengatakan serangan hari Kamis itu terjadi pada dini hari di Sekolah al-Sardi, yang dikelola UNRWA.
Korban tewas dan terluka dilarikan ke Rumah Sakit Martir al-Aqsa, di Kota Deir al-Balah, yang kewalahan sejak militer Israel memulai operasi darat baru melawan Hamas di Gaza tengah minggu ini.
Sekjen PBB Mengutuk Serangan Israel
Saksi mata menggambarkan suasana kehancuran setelah serangan tersebut.
"Saya sedang tertidur saat kejadian itu terjadi. Tiba-tiba, kami mendengar ledakan keras dan pecahan kaca serta puing-puing bangunan menimpa kami," tutur Udai Abu Elias, seorang pria yang tinggal di sekolah tersebut, kepada BBC Arab.
"Asap memenuhi udara dan saya tidak dapat melihat apa pun. Saya tidak berharap bisa keluar hidup-hidup. Saya mendengar seseorang memanggil orang-orang yang selamat untuk keluar dari bawah reruntuhan. Saya kesulitan melihat ketika saya tersandung pada mayat para martir."
UNRWA mengatakan 6.000 pengungsi berlindung di kompleks sekolah pada saat itu. Banyak sekolah dan fasilitas PBB lainnya digunakan sebagai tempat perlindungan oleh 1,7 juta orang yang meninggalkan rumah mereka selama perang Israel Vs Hamas terbaru, yang telah berlangsung hampir delapan bulan.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengutuk serangan tersebut melalui juru bicaranya, dengan mengatakan bahwa lokasi PBB harus "tidak dapat diganggu gugat" dan dilindungi oleh "semua pihak" selama konflik.
Advertisement
Prospek Proposal Gencatan Senjata
Dalam perkembangan lainnya, para pejabat AS terus melobi apa yang disebut oleh Presiden AS Joe Biden sebagai proposal gencatan senjata Israel.
Jerman, Prancis, dan Inggris menegaskan kembali dukungan mereka terhadap proposal tersebut dalam pernyataan bersama dengan AS pada hari Kamis dan menyerukan akhir dari krisis yang berkelanjutan.
Direktur CIA William Burns bertemu dengan mediator dari Mesir dan Qatar di Doha pada hari Kamis untuk membahas proposal AS, namun pejabat senior Mesir mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa belum ada tanda-tanda terobosan dalam kesepakatan tersebut.
Menurut otoritas kesehatan yang dikelola Hamas, setidaknya 36.470 orang telah tewas di Jalur Gaza dalam hampir delapan bulan perang.
Hamas sendiri disebut menewaskan setidaknya 1.200 orang dan menyandera 251 orang lainnya dalam serangan ke 7 Oktober 2023 di Israel selatan, yang mengawali perang terbaru ini.