Netanyahu dan Menhan Israel Saling Serang dalam Rapat Kabinet, Apa Sebabnya?

Pernyataan Gallant bahkan dilaporkan sampai memicu teguran dari menteri Israel lainnya.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 01 Sep 2024, 07:12 WIB
Diterbitkan 01 Sep 2024, 07:12 WIB
Distribusi Makanan Warga Gaza Palestina
"Persediaan makanan yang masuk dari Mesir sebagian besar mencakup makanan siap saju (tuna kalengan dan kurma batangan), dan terutama didistribusikan kepada pengungsi dan keluarga di Gaza selatan, dan hanya tepung yang disuplai ke toko roti," demikian pernyataan OCHA, dikutip dari Middle East Monitor. (AP Photo/Hatem Ali)

Liputan6.com, Tel Aviv - Sejumlah media Israel melaporkan bahwa Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant terlibat dalam perselisihan sengit tentang persyaratan atas kesepakatan penyanderaan dan gencatan senjata di Jalur Gaza.

Menurut Channel 12, Times of Israel, dan media Israel lainnya, keduanya berdebat di rapat kabinet keamanan pada Kamis (29/8) tentang apakah, sebagai bagian dari kesepakatan apa pun, militer Israel harus meninggalkan Koridor Philadelphia sepanjang 14 kilometer yang membentang di sepanjang perbatasan antara Jalur Gaza dan Mesir.

Koridor Philadelphia saat ini dikendalikan oleh Pasukan Pertahanan Israel (IDF).

Sejumlah sumber menyebutkan, Netanyahu membuat peta yang menunjukkan bagaimana IDF harus tetap berada di koridor tersebut selama fase pertama kesepakatan – di mana para sandera juga akan dibebaskan – untuk mencegah Hamas melanjutkan penyelundupan senjata melalui terowongan di bawah koridor tersebut.

Gallant dilaporkan menyela dengan mengatakan, "Arti penting dari itu adalah bahwa Hamas tidak akan menyetujuinya, sehingga tidak akan ada kesepakatan dan tidak akan ada sandera yang dibebaskan."

Menhan Israel menuduh pula Netanyahu menyusun peta yang berbeda dengan yang diinginkan oleh negosiator Israel di Kairo, dengan menambahkan, "Anda memaksakan peta ini kepada mereka."

Netanyahu dengan marah menolak klaim tersebut, namun Gallant bersikeras.

"Tentu saja Anda memaksakannya. Anda menjalankan negosiasi sendiri. Karena Anda membubarkan Kabinet Perang," demikian pernyataan Gallant seperti dilansir CNN, Minggu (1/9/2024).

Gallant diyakini menerima dukungan dari Panglima Militer Herzi Halevi, yang turut hadir dalam rapat kabinet tersebut.

"Ada cukup kendala untuk negosiasi, tidak perlu menambah kendala lagi," sebut Gallant.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Akankah Israel Angkat Kaki dari Koridor Philadelphia?

Perang Israel Palestina di Jalur Gaza
Rafah, yang terletak di sebelah perbatasan dengan Mesir, adalah bagian paling selatan Jalur Gaza. Tempat ini semakin banyak didatangi para pengungsi setelah Israel memperluas serangannya ke jantung Khan Younis di Gaza selatan. (AP Photo/Mohammed Dahman)

Menurut laporan yang dipublikasikan, Gallant pada satu titik mengatakan, "Perdana menteri memang dapat membuat semua keputusan dan dia juga dapat memutuskan untuk membunuh semua sandera."

Pernyataan Gallant disebut memicu teguran dari menteri lain.

Gallant menambahkan bahwa "Pada akhirnya Sinwar akan mendikte Anda," merujuk pada pemimpin Hamas Yahya Sinwar, yang diperkirakan bersembunyi di Jalur Gaza.

Sementara itu, Netanyahu dalam tanggapannya dilaporkan bersikeras bahwa tidak ada yang mendiktenya. Dia mengatakan bahwa "hanya negosiasi yang gigih yang akan membuatnya (Sinwar) menyerah."

Kabinet melanjutkan pemungutan suara pada peta yang disajikan Netanyahu, menyetujuinya dengan suara delapan berbanding satu, satu-satunya yang tidak setuju adalah Gallant. Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir abstain dari pemungutan suara.

Media Israel, mengutip sumber yang dekat dengan Ben-Gvir, mengatakan bahwa dia menentang pengurangan bertahap jumlah tentara di koridor tersebut.

Seorang pejabat Israel menuturkan kepada CNN pada hari Sabtu (31/8) bahwa mereka tidak dapat mengomentari peta yang disajikan dalam pertemuan tersebut, namun mengonfirmasi bahwa Netanyahu meminta kabinet mengadakan pemungutan suara mengenai pasukan yang tersisa di koridor Philadelphia.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya