Benarkah Kucing Bisa Mengerti Kata-kata Manusia Lebih Baik daripada Bayi?

Ini kata peneliti soal kucing dapat mengerti perkataan manusia. Apakah kucingmu mengerti kata-kata kamu?

oleh Siti Syafania Kose diperbarui 17 Okt 2024, 20:19 WIB
Diterbitkan 17 Okt 2024, 20:19 WIB
Ilustrasi anak kucing
Ilustrasi anak kucing. (Pexels/Helena Lopes)

Liputan6.com, Jakarta - Walaupun kucing hanya bisa mengeong atau diam saja ketika manusia berbicara, ternyata, menurut sains, mereka bisa mengerti perkataan-perkataan kita. Walau tanpa pelatihan khusus sekalipun, kucing tampaknya mampu mempelajari kemampuan bahasa dasar manusia hanya dengan mendengarkan kita berbicara, seperti yang terjadi pada bayi.

Bahkan, kemampuan kucing dalam belajar bahasa lebih baik daripada bayi.

Melansir dari science.org pada Kamis (17/10/2024), menurut sebuah penelitian yang diterbitkan bulan ini di Scientific Reports, kucing belajar mengasosiasikan gambar dengan kata-kata lebih cepat daripada bayi. Itu berarti bahwa, meskipun kelihatannya tidak demikian, teman-teman kucing kita yang pendiam ini sebenarnya mendengarkan apa yang kita katakan.

Para ilmuwan telah menemukan banyak informasi baru tentang bagaimana kucing merespons bahasa manusia dalam 5 tahun terakhir. Pada tahun 2019, sebuah tim di Tokyo menunjukkan bahwa kucing “mengetahui” nama mereka, meresponsnya dengan menggerakkan kepala dan telinga mereka dengan cara tertentu. Pada tahun 2022, beberapa peneliti yang sama menunjukkan bahwa hewan-hewan tersebut dapat “mencocokkan” foto anggota keluarga mereka, baik manusia maupun kucing, dengan nama mereka masing-masing.

“Saya sangat terkejut, karena itu berarti kucing dapat mendengarkan percakapan manusia dan memahami kata-kata tanpa pelatihan khusus berbasis hadiah,” kata seorang ilmuwan kognitif komparatif di Universitas Azabu dan anggota studi tahun 2022 tersebut, Saho Takagi. Setelah penemuan ini, dia bertanya-tanya: Apakah kucing “terprogram” untuk mempelajari bahasa manusia?

Dalam penelitian yang dilakukan Takagi, kucing-kucing dikenalkan kepada dua kata yang diasosiasikan dengan dua gambar. Menariknya, para kucing tersebut dapat membedakan dua hal tersebut. 

Para peneliti menemukan bahwa sebagian besar kucing telah mempelajari setiap asosiasi kata dan gambar hanya dalam dua kali pelajaran selama 9 detik. Sebaliknya, sebagian besar bayi manusia berusia 14 bulan membutuhkan empat kali pelajaran selama 15 detik, termasuk mendengar setiap kata sebanyak tujuh kali per pelajaran, bukan empat kali. 

“Kucing memperhatikan apa yang kita katakan dalam kehidupan sehari-hari-dan mencoba memahami kita-lebih dari yang kita sadari,” kata Takagi.

Namun, hasilnya tidak selalu berarti bayi manusia lebih lambat dalam mempelajari kata-kata dibandingkan dengan hewan berbulu tersebut, menurut seorang psikolog perkembangan di University of British Columbia, Janet Werker. 

Meskipun tes yang dilakukan Takagi pada kucing dimodelkan berdasarkan tes yang Werker dan rekan-rekannya rancang pada akhir tahun 1990-an untuk bayi, masih ada perbedaan yang mencolok dalam metodenya. Kucing-kucing dalam penelitian Takagi mendengar kata-kata tiga suku kata dengan ucapan yang sangat ekspresif oleh pengasuhnya, sedangkan bayi mendengar kata-kata satu suku kata yang diucapkan dengan berbagai intonasi dengan suara yang tidak dikenalnya.

Bagaimana Penelitian Tersebut Dilakukan?

Ilustrasi kucing. /https://unsplash.com/Dietmasr Ludmann
Ilustrasi kucing. (Unsplash/Dietmasr Ludmann)

Untuk mencari tahu apakah kucing dapat mengerti kata-kata manusia, Takagi dan beberapa mantan rekan satu timnya memberikan 31 kucing peliharaan dewasa, termasuk 23 kucing yang siap diadopsi di kafe kucing, sebuah tes kata yang dirancang untuk bayi manusia. Para ilmuwan menyandarkan setiap kucing di depan laptop dan menunjukkan dua gambar kartun animasi berdurasi 9 detik kepada hewan-hewan tersebut sambil memutar rekaman audio pengasuh mereka yang mengucapkan kata buatan sebanyak empat kali. 

Para peneliti memainkan 2 kata. Kata pertama adalah “keraru” yang dibuat-buat ketika seekor unicorn biru-putih yang tumbuh dan menyusut muncul di layar. Sedangkan, kata kedua adalah “parumo” yang muncul ketika kartun matahari yang berwajah merah tumbuh dan menyusut. Kucing-kucing itu menonton dan mendengar urutan-urutan ini sampai mereka merasa bosan yang ditandai dengan turunnya kontak mata dengan layar sebesar 50%.

Selanjutnya, tim peneliti memberikan waktu istirahat sejenak kepada para hewan dan kemudian memutar gambar-gambar di layar sebanyak empat kali. Namun, pada sesi ini, para ilmuwan menunjukkan setengah dari gambar-gambar tersebut disertai dengan audio kata yang “salah” - keraru untuk Matahari, dan parumo untuk unicorn.

Tampak bingung, kucing-kucing itu menghabiskan rata-rata 33% lebih banyak waktu untuk melihat ke layar ketika mendengar ketidakcocokan tersebut. Menurut Takagi, hal ini menunjukkan sebuah tanda bahwa mereka telah belajar mengasosiasikan kata-kata dengan gambar. 

“Beberapa kucing bahkan menatap layar dengan pupil mata membesar selama kondisi 'tertukar',” ujar Takagi. “Sangat menyenangkan melihat betapa seriusnya mereka berpartisipasi dalam eksperimen ini.”

Apakah Hal yang Sama Terjadi pada Anjing?

Ilustrasi peliharaan anjing dan kucing
Ilustrasi anjing dan kucing. (Pixabay)

Singkatnya, kita belum tahu.

Data yang ditemukan Takagi tidak memungkinkan untuk dibandingkan secara langsung dengan pembelajaran kata pada anjing, kata seorang peneliti kognitif di Universitas Wina yang tidak terlibat dalam penelitian ini, Shany Dror. 

Para pemilik melaporkan bahwa anjing mereka rata-rata mengetahui 89 kata, dan penelitian Dror sendiri menunjukkan bahwa bila anjing-anjing tersebut merupakan “gifted word learner”, mereka dapat mempelajari kata-kata baru dengan cepat. Anjing-anjing ini dapat mempelajari hingga 12 kata baru dalam seminggu, dan dapat mengingatnya setidaknya selama 2 tahun. 

Namun, temuan ini juga dihasilkan dari metode penelitian yang sangat berbeda, seperti survei pemilik, yang didasarkan pada permainan "fetch" yang sering kali tidak disukai kucing. Sedangkan, kucing tampaknya mempelajari asosiasi kata ini tanpa pelatihan atau janji imbalan yang jelas, seperti halnya bayi belajar bahasa, menurut Takagi.

Tetapi, bagi Dror, perbandingan antarspesies tidak terlalu penting. “Yang benar-benar relevan adalah mereka melakukannya,” ujar Dror. “Dan bagi saya, itulah bagian yang paling menarik.”

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya