Sederet Alasan Manusia Tak Bisa Tinggal di Venus

Para ilmuwan bahkan meyakini Venus adalah salah satu planet yang memiliki potensi kehidupan. Namun, penelitian terbaru mengungkap bahwa Venus sebenarnya memiliki kondisi yang sangat berbeda dengan bumi.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 17 Jan 2025, 05:00 WIB
Diterbitkan 17 Jan 2025, 05:00 WIB
Planet Venus
Planet Venus. (Dok. NASA)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Venus kerap disebut sebagai kembaran bumi karena memiliki ukuran, massa, kepadatan, komposisi, dan gravitasi yang mirip. Planet ini sebenarnya hanya sedikit lebih kecil dari planet Bumi, yakni dengan massa sekitar 80 persen dari bumi.

Para ilmuwan bahkan meyakini Venus adalah salah satu planet yang memiliki potensi kehidupan. Namun, penelitian terbaru mengungkap bahwa Venus sebenarnya memiliki kondisi yang sangat berbeda dengan bumi.

Temuan ini sekaligus menepis anggapan bahwa Venus berpotensi untuk dihuni oleh makhluk hidup. Studi berjudul A Dry Venusian Interior Constrained by Atmospheric Chemistry yang diterbitkan dalam Nature Astronomy pada Desember 2024 oleh Tereza Constantinou dan kawan-kawan, menunjukkan Venus tidak pernah memiliki lautan seperti apa yang selama ini diyakini oleh para ilmuwan.

Melansir laman Space pada Kamis (16/01/2025), seorang ilmuwan dari Institut Astronomi Cambridge, Tereza Constantinou, menerangkan selama ini air diyakini sebagai sumber kehidupan yang dapat mendukung kehidupan di planet. Namun, temuan baru-baru ini menjelaskan bahwa Venus sama sekali tidak menunjukkan adanya tanda-tanda air maupun lautan.

Dalam studi ini, Constantinou dan timnya meneliti komposisi kimia pada atmosfer Venus untuk memahami kondisi permukaan planet tersebut. Hasilnya, mereka justru menemukan bahwa Venus merupakan planet "mengerikan" karena memiliki suhu yang sangat panas.

Suhu Venus diperkirakan mencapai sekitar 1.000 derajat Fahrenheit atau 500 derajat Celsius. Suhu ini cukup panas untuk melelehkan timah dan segala jenis logam.

Planet ini juga memiliki awan asam sulfat yang melimpah. Constantinou menjelaskan bahwa temuan ini sekaligus menepis berbagai teori yang menyatakan bahwa Venus memiliki potensi kehidupan seperti Bumi.

Hal ini karena planet tersebut telah terbukti memiliki suhu panas yang ekstrem, sehingga tidak memungkinkan adanya lautan maupun air yang dapat mendukung potensi kehidupan. Sebelum penelitian ini, para ilmuwan beranggapan Venus dahulu memiliki suhu yang cukup dingin untuk menampung air.

Mereka meyakini planet tersebut menjadi panas akibat efek rumah kaca yang disebabkan oleh aktivitas gunung berapi. Teori lainnya menyatakan Venus sebenarnya tidak pernah memiliki air karena planet tersebut memang sudah terlahir panas.

Constantinou dan timnya menggunakan pendekatan kimia dengan mengukur seberapa cepat air, karbon dioksida, dan karbonil sulfida bertahan di atmosfer Venus. Hasil penelitian ini menunjukkan material tersebut hancur seketika atau berubah menjadi uap akibat panas dari Venus.

Atmosfer Venus terdiri terutama dari gas karbon dioksida (CO2) efektif menahan panas dari Matahari dan menghasilkan efek pemanasan signifikan di planet ini. Proses ini dikenal sebagai efek rumah kaca karena gas-gas atmosfer Venus seperti lapisan kaca membiaskan sinar matahari tetapi menahan panas di dalamnya.

Selain itu, tekanan atmosfer di permukaan Venus juga sangat tinggi, lebih dari 90 kali tekanan atmosfer bumi pada permukaan laut. Kombinasi suhu tinggi dan tekanan atmosfer ekstrem menciptakan kondisi sangat tidak ramah bagi kehidupan seperti di Bumi.

Hal ini membuat Venus menjadi salah satu tempat paling tidak layak huni di tata surya. Studi lebih lanjut tentang atmosfer Venus, termasuk komposisi dan dinamika termalnya, terus dilakukan oleh para peneliti untuk memahami mekanisme menyebabkan suhu permukaan ekstrem.

Para peneliti menyimpulkan bagian dalam Venus terlalu kering sehingga planet tersebut tidak akan pernah memiliki cukup air untuk memasok lautan di permukaannya. Para ilmuwan akan melakukan penelitian lebih lanjut dengan meluncurkan Misi Davinci milik NASA pada Juni 2029.

Misi Davinci diperkirakan akan mencapai Venus dua tahun setelahnya. Misi ini diharapkan dapat memberikan petunjuk terkait kondisi Venus yang sebenarnya.

 

Berbau Busuk

Pada 2020, penelitian dilakukan para ilmuwan menemukan adanya jejak gas fosfin di atmosfer Venus. Gas fosfin, juga dikenal sebagai fosfin, merupakan senyawa kimia umumnya dihubungkan dengan aktivitas biologis di Bumi.

Penemuan ini memunculkan spekulasi tentang kemungkinan adanya kehidupan di Venus. Namun, penting untuk dicatat, bukti-bukti mendukung keberadaan kehidupan di Venus masih belum pasti dan masih memerlukan penelitian lebih lanjut.

Adanya bau seperti telur busuk di atmosfer Venus dihubungkan dengan adanya aktivitas vulkanik intens di planet ini. Ketika gas-gas vulkanik, seperti belerang, dilepaskan ke atmosfer, reaksi kimia dapat menghasilkan senyawa-senyawa mengandung belerang.

Gas-gas ini dapat memberikan kontribusi terhadap aroma tidak sedap terdeteksi oleh instrumen di wahana antariksa yang mengunjungi Venus.

(Tifani)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya