Liputan6.com, Vatikan - Paus Fransiskus memperingatkan para pemimpin global di Forum Ekonomi Dunia (WEF) Davos soal kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI). Pemimpin umat Katolik sekaligus pemimpin Vatikan ini menggarisbawahi bahwa pemerintah dan bisnis harus "hati-hati dan waspada" menavigasi kompleksitas AI.
Dalam pidato tertulisnya pada Kamis (23/1/2025), Paus Fransiskus mengatakan bahwa AI dapat memperburuk "krisis kebenaran yang semakin berkembang di ruang publik" karena hasil yang dihasilkan AI hampir tidak dapat dibedakan dari hasil manusia.
Advertisement
Baca Juga
"Teknologi ini dirancang untuk belajar dan membuat pilihan tertentu secara otonom, beradaptasi dengan situasi baru, dan memberikan jawaban yang tidak diperkirakan oleh para pemrogramnya, sehingga menimbulkan pertanyaan mendasar tentang tanggung jawab etis, keselamatan manusia, dan dampak lebih luas dari perkembangan ini terhadap masyarakat," kata Paus Fransiskus dalam pernyataan yang dibacakan kepada para delegasi Davos oleh pejabat Vatikan Kardinal Peter Turkson, seperti dikutip dari The Guardian, Jumat (24/1).
Advertisement
Paus Fransiskus sendiri memiliki pengalaman langsung dengan kemampuan kecerdasan buatan untuk memutarbalikkan kebenaran. Sosoknya adalah subjek populer dalam gambar deepfake yang dihasilkan AI, termasuk salah satunya yang menunjukkan dia berpelukan dengan penyanyi Madonna dan yang lainnya mengenakan jaket puffer Balenciaga.
"Berbeda dengan banyak penemuan manusia lainnya, AI dilatih menggunakan hasil kreativitas manusia, yang memungkinkannya menghasilkan artefak baru dengan keterampilan dan kecepatan yang sering kali menyaingi atau melampaui kemampuan manusia, menimbulkan keprihatinan kritis tentang dampaknya terhadap peran umat manusia di dunia," ungkap Paus Fransiskus.
AI menjadi hot topic di WEF Davos tahun ini, dengan banyak toko di sepanjang jalan resor ski di Davos dipenuhi perusahaan teknologi yang mempromosikan produk mereka.
Kata Pelaku Industri Teknologi
Ekspektasi terhadap AI sangat tinggi di antara beberapa delegasi Davos.
Marc Benioff, pemimpin Salesforce, mengatakan bahwa dia percaya generasi CEO saat ini akan menjadi yang terakhir yang hanya mengelola manusia.
"Mulai dari sekarang, kita tidak hanya akan mengelola pekerja manusia, namun juga pekerja digital. Dan itu sangat luar biasa," katanya kepada para pemimpin bisnis.
AI juga dapat secara radikal meningkatkan perawatan kesehatan dan menyelamatkan nyawa, menurut Ruth Porat, kepala petugas investasi Alphabet, perusahaan induk Google. Dia mengatakan di Davos bahwa program AI AlphaFold milik Google mampu memprediksi struktur dari seluruh 200 juta protein di planet ini, kemudian membagikan hasilnya ke publik – sebuah langkah yang diharapkan dapat mempercepat penemuan obat karena 2,5 juta ilmuwan kini telah mengakses informasi tersebut.
Tahun lalu, Demis Hassabis, salah satu pendiri startup AI DeepMind, yang dibeli oleh Google pada 2014, dianugerahi Nobel Kimia atas karyanya itu.
Mendukung argumen untuk AI, Porat mengisahkan dia telah menderita kanker dua kali dan merasa "sangat beruntung" karena didiagnosis dini.
"Saya berbicara dengan ahli onkologis saya tentang hal ini dan dia mengatakan satu-satunya cara untuk mendemokratisasi perawatan kesehatan adalah dengan AI karena itu berarti siapa pun, di mana pun, akan dapat memiliki deteksi dini berkualitas tinggi yang saya miliki," tambahnya.
Advertisement