Liputan6.com, Jakarta - Para ilmuwan tengah mengembangkan teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) untuk memprediksi fenomena badai matahari sebelum terjadi. Selama ini, ketidakpastian aktivitas di permukaan matahari merupakan salah satu tantangan yang dihadapi fisikawan surya modern.
Salah satu aktivitas matahari tidak dapat diprediksi adalah dampak lontaran massa korona (CME). Namun dengan AI dan Algoritma pembelajaran mesin yang tengah berkembang saat ini, para ilmuwan mungkin bisa memberi lebih banyak peringatan sebelum kejadian tersebut berlangsung.
Advertisement
Melansir laman Science Alert pada Selasa (04/02/2025), sebuah studi baru menunjukkan bahwa algoritma yang dilatih untuk mengamati aktivitas matahari selama beberapa dekade. Algoritma kemudian dapat melihat tanda-tanda peningkatan aktivitas di area yang disebut AR13664 dan mungkin bisa membantu untuk mengantisipasi terjadinya ledakan di masa depan.
Advertisement
Baca Juga
Dalam studi terbaru yang dipimpin oleh Sabrina Guastavino dari University of Genoa, tim peneliti menerapkan teknologi AI untuk memprediksi secara akurat kejadian CME dan bagaimana dampaknya pada magnetosfer bumi. Mereka menggunakan teknologi yang tengah tumbuh ini untuk memprediksi peristiwa yang terkait dengan badai matahari Mei 2024 yang menghasilkan suar besar, yang diketahui berasal dari wilayah 13644.
Badai ini melepaskan peristiwa Matahari yang intens, termasuk suar yang diklasifikasikan dalam kategori X8.7. Dengan menggunakan AI, tim ini mampu mengarahkan teknologi pembelajaran mesin ke sejumlah besar data yang telah dikumpulkan sebelumnya, untuk menemukan pola-pola kompleks yang tidak mudah dikenali dengan teknik konvensional.
Â
Mengapa Teknologi Modern Penting?
Teknologi yang semakin canggih dan modern penting untuk memprediksi dampak lontaran Massa Korona matahari. Lontaran Massa Korona adalah semburan besar plasma yang terlontar dari korona matahari ke ruang angkasa akibat adanya gangguan pada medan magnetik matahari.
Peristiwa eksplosif ini sering dikaitkan dengan suar dan terjadi ketika garis-garis medan magnet tiba-tiba menyelaraskan diri, melepaskan energi dalam jumlah besar. CME dapat bergerak dengan kecepatan mulai dari beberapa ratus hingga beberapa ribu kilometer per detik.
Lontaran ini terkadang mencapai bumi dalam hitungan hari, jika lintasannya searah dengan arah lintasan bumi. Saat tiba di Bumi, CME dapat berinteraksi dengan magnetosfer dan memicu badai geomagnet, yang berpotensi mengganggu komunikasi satelit, sistem GPS, dan jaringan listrik.
Selain itu, mereka juga dapat menyebabkan aktivitas aurora, menciptakan tampilan cahaya di kutub utara dan selatan yang tampak indah. Namun tenang, melansir akun X NASA pada Selasa (04/02/2025), NASA menjelaskan bahwa badai matahari tidak memiliki bahaya apa pun bagi manusia yang berada di Bumi.
Pasalnya, medan magnet Bumi dan atmosfer tebal melindungi dari dampak langsung fenomena tersebut.
"Bagi kita yang berada di lapangan, jawaban singkatnya adalah tidak. Medan magnet bumi dan atmosfer tebal melindungi kita dari dampak langsung badai matahari. Anda tidak memerlukan pelindung radiasi apapun - planet kita menyediakannya," tulis akun NASA.
Bumi mempunyai medan magnet yang kuat dan besar yang dihasilkan oleh besi cair bermuatan yang berputar di intinya, sehingga menghalangi angin matahari bermuatan yang mengalir menuju bumi. Hal inilah yang disebut magnetosfer.
Magnetosfer bumi cukup besar dan kuat yang membentang ratusan kali radius bumi atau kira-kira 4.000 mil. Magnetosfer menghadapi tekanan lebih besar pada sisi yang menghadap matahari, yang luasnya 6 hingga 10 kali radius bumi (antara 25.000 mil hingga 40.000 mil).
Namun, berbeda dengan astronaut di luar angkasa yang tidak memiliki banyak pelindung, badai matahari akan memiliki dampak yang lebih besar terhadap mereka.
Partikel matahari yang energik dapat membuat astronaut terkena radiasi berbahaya. Dalam kondisi paling ekstrem, badai tersebut akan mengganggu komunikasi radio jarak jauh para astronaut yang berpotensi membahayakan.
NASA juga mengatur prosedur darurat bagi astronaut untuk berlindung saat terjadi Badai Matahari, seperti dengan penghentian sistem sensitif di satelit terlebih dahulu. Kemudian pesawat ruang angkasa astronaut yang harus dilengkapi tempat perlindungan.
(Tifani)
Advertisement