Penduduk Filipina yang terkena terjangan Topan Haiyan dilanda penderitaan. Mereka kebingungan, bagaimana bisa bertahan hidup tanpa bantuan makanan dan kebutuhan dasar lainnya.
Mereka kelaparan seperti 'zombie'. Kendati demikian, mereka tak habis akal. Agar bisa diberi bantuan sekaligus untuk memberitahu bahwa mereka masih hidup selamat pasca topan, mereka menulis pesan di secarik kertas.
Di secarik kertas harapan tersebut, mereka menulis nama dan pesan pasca-selamat dari terjangan topan 'monster' itu. Kemudian memberikannya kepada seorang wartawan agar bisa dipublikasikan.
Potongan kertas, piring kertas, maupun sobekan kardus bertuliskan pesan bahwa mereka masih hidup itu kemudian beredar. Pertama kali di jaringan berita GMA dan tersebar di jejaring sosial.
Selain pesan harapan itu, foto-foto para penduduk yang kehilangan sanak saudara juga ikut diposting. Seperti saat wanita mencari dua balitanya yang hilang. Wanita bernama Abigail Castinos itu sedang berkeliling Tacloban sambil membawa mainan untuk anak-anaknya, yang hilang sejak Topan Haiyan menerjang Filipina pada Jumat 8 November.
Wartawan di Tacloban pada saat itu memberanikan diri menemui para korban Topan Haiyan yang sedang meratapi kehancuran. Orang-orang yang tak tahu bagaimana bisa berkomunikasi untuk mengabarkan keadaan mereka dan meminta bantuan. Mereka pun akhirnya menghujani wartawan dengan cerita pilu, dan meminta agar wartawan mengambil pesan yang mereka buat agar bisa disampaikan ke orang yang mereka cintai.
Permohonan Rekaman
Salah satu wartawan pertama yang melakukan laporan langsung pasca-topan adalah Jiggy Manicad dari GMA News. Dia berjalan selama 6 jam ke titik satelit terdekat di Palo Leyte, agar bisa melakukan siaran langsung dan memperlihatkan kerusakan yang terjadi.
Kemudian, Jiggy mengarahkan kamera untuk menyorot wajah-wajah terpana yang berkumpul di sekelilingnya, yang selamat dari amukan topan.
"Aku meminta orang-orang untuk berbicara langsung ke kamera. Mereka mengatakan siapa mereka, dan siapa kerabat mereka dan bagaimana cara menjangkaunya," kata Jiggy Manicad kepada BBC melalui telepon.
Pada perjalanan panjang kembali ke Tacloban, urai Jiggy, dirinya dibanjiri permintaan warga yang menuliskan rincian tentang siapa mereka, di mana mereka tinggal, siapa kerabat mereka dan memintanya untuk berhubungan dengan mereka dan membiarkan dunia tahu mereka telah berhasil melalui yang terburuk.
Berikut petikan pesan harapan dari mereka"
"Bibi, kami butuh bantuan"
"Kami baik-baik saja, tapi rumah kami hancur!"
"Aku selamat. Jangan khawatirkan kami, OK"
"Mereka memberi saya potongan kertas dari apa pun yang bisa mereka temukan, hanya untuk dapat menulis pesan-pesan. Mereka bahkan ingin menulis pada kotak kecil yang aku bawa. Aku kumpulkan semua, dan ketika aku memiliki kesempatan untuk laporan, aku menunjukkan wajah orang-orang yang menulis pesan ini pada kamera," ungkap Jiggy.
"Akhirnya kami mampu memindai dan mengetik pesan-pesan itu lalu memposting secara online," jelas Jiggy.
Usaha Jiggy tak sia-sia, ada kerabat yang kemudian melakukan kontak. Meskipun dirinya berada dalam kondisi terburuk.
"Aku sedang melihat langit-langit kamar dan menunggu untuk diperbaiki. Aku pikir kehancuran sangat parah, tetapi kita tidak bisa melihat apa-apa karena air hujan dan embusan angin," tutur Jiggy.
Jiggy mengatakan kapal-kapal di laut tertiup jauh saja, dan pohon-pohon palem terangkat seperti tusuk gigi. Setelah hembusan angin super kencang itu mereda, banjir menggenang. Mayat tergeletak di mana-mana. Mayat manusia, anjing, babi, tikus di mana-mana. Kendaraan pun sudah dalam posisi terbalik.
"Sepanjang jalan orang bertanya apakah mereka bisa diwawancarai, sehingga mereka bisa merekam permintaan mereka untuk bantuan dan pesan mereka kepada kerabat. Aku pun mendokumentasikannya di kamera," ucap Jiggy.
Mengirim Pesan untuk Kerabat
Erel Cabatbat, reporter untuk TV5 di Manila, juga salah satu yang melakukan laporan langsung dari lokasi bencana dan membantu mereka yang terdampar di kota untuk berkomunikasi dengan kerabat.
"Aku memiliki halaman penuh dengan jumlah orang yang memintaku mengaiarim pesan untuk kerabat mereka dan membiarkan mereka tahu bahwa mereka dalam keadan baik-baik saja," kata Erel kepada BBC dari Cebu.
Erel mengatakan, korban menyerahkan catatan dengan nama, pesan dan nomor telepon yang akan dikirimi pesan. Mereka berharap, segera setelah Erel meninggalkan kota akan membantu mengirimi pesan itu.
"Dia begitu basah, tertutup lumpur dan dia bertanya padaku jika aku punya kesempatan untuk kembali ke Cebu agar menghubungi anak-anaknya," lanjutnya.
"Aku berhasil mengirim pesan teks dan diposting di akun Twitterku. Dan mereka meneleponku kembali dan mengatakan kepadaku bahwa mereka datang ke Tacloban untuk membawaku ke tempat yang aman," akunya.
Erel menceritakan perjalanannya di sekitar kota itu dan memvideokan pesan dari korban lainnya. Kemudian ia memposting di akun Twitter, dan mengaku akan menghubungi kerabat mereka jika diberikan nomor telepon.
"Aku tidak pernah berada dalam kondisi bencana seperti ini sebelumnya, kesedihan yang luar biasa dan putus asa karena tak bisa berhubungan terasa. Kadang-kadang aku merasa begitu sedih, karena aku tidak bisa berbuat banyak. Yang bisa saya lakukan adalah mencoba dan berkomunikasi untuk meyakinkan mereka bahwa saya akan melakukan segala sesuatu yang bisa aku lakukan untuk membantu menemukan orang yang mereka cintai," tutur Erel.
"Dua hari sebelum topan mendarat. Mereka tidak memperkirakan jika topan akan menjadi kuat. Orang tidak mengantisipasi hal itu," jelas Erel.
Editor di stasiun berita GMA di Manila mengatakan ada antrean orang meminta informasi tentang keluarga mereka. Stasiun berita itu memang membuat sebuah situs khusus untuk para korban Topan Haiyan.
Website lain seperti Philippines Yahoo juga membuat daftar korban Topan Haiyan secara online. Anggota Kongres yang mewakili Tacloban, Ferdinand Martin Romualdez, juga posting informasi dari kerabatnya di lokasi bencana melalui halaman Facebook miliknya.
Tapi untuk wartawan Filipina yang berkutat di zona hancur itu, mereka harus melaporkan berita dan menjadi penghubung antara korban dan keluarga mereka .
Jiggy Mannicad mengatakan, dia dihantui oleh mereka potongan-potongan kertas tertulis dengan nama, nomor dan keadaan keluarga yang tak terhitung jumlahnya --hidup atau mati. Sedangkan Erel Cabatbat masih terus memposting pesan dari korban yang ditemuinya. (Tnt/Yus)
Mereka kelaparan seperti 'zombie'. Kendati demikian, mereka tak habis akal. Agar bisa diberi bantuan sekaligus untuk memberitahu bahwa mereka masih hidup selamat pasca topan, mereka menulis pesan di secarik kertas.
Di secarik kertas harapan tersebut, mereka menulis nama dan pesan pasca-selamat dari terjangan topan 'monster' itu. Kemudian memberikannya kepada seorang wartawan agar bisa dipublikasikan.
Potongan kertas, piring kertas, maupun sobekan kardus bertuliskan pesan bahwa mereka masih hidup itu kemudian beredar. Pertama kali di jaringan berita GMA dan tersebar di jejaring sosial.
Selain pesan harapan itu, foto-foto para penduduk yang kehilangan sanak saudara juga ikut diposting. Seperti saat wanita mencari dua balitanya yang hilang. Wanita bernama Abigail Castinos itu sedang berkeliling Tacloban sambil membawa mainan untuk anak-anaknya, yang hilang sejak Topan Haiyan menerjang Filipina pada Jumat 8 November.
Wartawan di Tacloban pada saat itu memberanikan diri menemui para korban Topan Haiyan yang sedang meratapi kehancuran. Orang-orang yang tak tahu bagaimana bisa berkomunikasi untuk mengabarkan keadaan mereka dan meminta bantuan. Mereka pun akhirnya menghujani wartawan dengan cerita pilu, dan meminta agar wartawan mengambil pesan yang mereka buat agar bisa disampaikan ke orang yang mereka cintai.
Permohonan Rekaman
Salah satu wartawan pertama yang melakukan laporan langsung pasca-topan adalah Jiggy Manicad dari GMA News. Dia berjalan selama 6 jam ke titik satelit terdekat di Palo Leyte, agar bisa melakukan siaran langsung dan memperlihatkan kerusakan yang terjadi.
Kemudian, Jiggy mengarahkan kamera untuk menyorot wajah-wajah terpana yang berkumpul di sekelilingnya, yang selamat dari amukan topan.
"Aku meminta orang-orang untuk berbicara langsung ke kamera. Mereka mengatakan siapa mereka, dan siapa kerabat mereka dan bagaimana cara menjangkaunya," kata Jiggy Manicad kepada BBC melalui telepon.
Pada perjalanan panjang kembali ke Tacloban, urai Jiggy, dirinya dibanjiri permintaan warga yang menuliskan rincian tentang siapa mereka, di mana mereka tinggal, siapa kerabat mereka dan memintanya untuk berhubungan dengan mereka dan membiarkan dunia tahu mereka telah berhasil melalui yang terburuk.
Berikut petikan pesan harapan dari mereka"
"Bibi, kami butuh bantuan"
"Kami baik-baik saja, tapi rumah kami hancur!"
"Aku selamat. Jangan khawatirkan kami, OK"
"Mereka memberi saya potongan kertas dari apa pun yang bisa mereka temukan, hanya untuk dapat menulis pesan-pesan. Mereka bahkan ingin menulis pada kotak kecil yang aku bawa. Aku kumpulkan semua, dan ketika aku memiliki kesempatan untuk laporan, aku menunjukkan wajah orang-orang yang menulis pesan ini pada kamera," ungkap Jiggy.
"Akhirnya kami mampu memindai dan mengetik pesan-pesan itu lalu memposting secara online," jelas Jiggy.
Usaha Jiggy tak sia-sia, ada kerabat yang kemudian melakukan kontak. Meskipun dirinya berada dalam kondisi terburuk.
"Aku sedang melihat langit-langit kamar dan menunggu untuk diperbaiki. Aku pikir kehancuran sangat parah, tetapi kita tidak bisa melihat apa-apa karena air hujan dan embusan angin," tutur Jiggy.
Jiggy mengatakan kapal-kapal di laut tertiup jauh saja, dan pohon-pohon palem terangkat seperti tusuk gigi. Setelah hembusan angin super kencang itu mereda, banjir menggenang. Mayat tergeletak di mana-mana. Mayat manusia, anjing, babi, tikus di mana-mana. Kendaraan pun sudah dalam posisi terbalik.
"Sepanjang jalan orang bertanya apakah mereka bisa diwawancarai, sehingga mereka bisa merekam permintaan mereka untuk bantuan dan pesan mereka kepada kerabat. Aku pun mendokumentasikannya di kamera," ucap Jiggy.
Mengirim Pesan untuk Kerabat
Erel Cabatbat, reporter untuk TV5 di Manila, juga salah satu yang melakukan laporan langsung dari lokasi bencana dan membantu mereka yang terdampar di kota untuk berkomunikasi dengan kerabat.
"Aku memiliki halaman penuh dengan jumlah orang yang memintaku mengaiarim pesan untuk kerabat mereka dan membiarkan mereka tahu bahwa mereka dalam keadan baik-baik saja," kata Erel kepada BBC dari Cebu.
Erel mengatakan, korban menyerahkan catatan dengan nama, pesan dan nomor telepon yang akan dikirimi pesan. Mereka berharap, segera setelah Erel meninggalkan kota akan membantu mengirimi pesan itu.
"Dia begitu basah, tertutup lumpur dan dia bertanya padaku jika aku punya kesempatan untuk kembali ke Cebu agar menghubungi anak-anaknya," lanjutnya.
"Aku berhasil mengirim pesan teks dan diposting di akun Twitterku. Dan mereka meneleponku kembali dan mengatakan kepadaku bahwa mereka datang ke Tacloban untuk membawaku ke tempat yang aman," akunya.
Erel menceritakan perjalanannya di sekitar kota itu dan memvideokan pesan dari korban lainnya. Kemudian ia memposting di akun Twitter, dan mengaku akan menghubungi kerabat mereka jika diberikan nomor telepon.
"Aku tidak pernah berada dalam kondisi bencana seperti ini sebelumnya, kesedihan yang luar biasa dan putus asa karena tak bisa berhubungan terasa. Kadang-kadang aku merasa begitu sedih, karena aku tidak bisa berbuat banyak. Yang bisa saya lakukan adalah mencoba dan berkomunikasi untuk meyakinkan mereka bahwa saya akan melakukan segala sesuatu yang bisa aku lakukan untuk membantu menemukan orang yang mereka cintai," tutur Erel.
"Dua hari sebelum topan mendarat. Mereka tidak memperkirakan jika topan akan menjadi kuat. Orang tidak mengantisipasi hal itu," jelas Erel.
Editor di stasiun berita GMA di Manila mengatakan ada antrean orang meminta informasi tentang keluarga mereka. Stasiun berita itu memang membuat sebuah situs khusus untuk para korban Topan Haiyan.
Website lain seperti Philippines Yahoo juga membuat daftar korban Topan Haiyan secara online. Anggota Kongres yang mewakili Tacloban, Ferdinand Martin Romualdez, juga posting informasi dari kerabatnya di lokasi bencana melalui halaman Facebook miliknya.
Tapi untuk wartawan Filipina yang berkutat di zona hancur itu, mereka harus melaporkan berita dan menjadi penghubung antara korban dan keluarga mereka .
Jiggy Mannicad mengatakan, dia dihantui oleh mereka potongan-potongan kertas tertulis dengan nama, nomor dan keadaan keluarga yang tak terhitung jumlahnya --hidup atau mati. Sedangkan Erel Cabatbat masih terus memposting pesan dari korban yang ditemuinya. (Tnt/Yus)