Saat Terbakar, Kulit Orang Eropa Lebih Rusak Parah Dibanding Asia

Sehingga, ketika terjadi luka bakar, proses penyembuhannya pun akan berbeda pula.

oleh Aditya Eka Prawira diperbarui 04 Jul 2014, 09:00 WIB
Diterbitkan 04 Jul 2014, 09:00 WIB
Berani Mencoba Celana dari Kulit Manusia?
Tak hanya unik namun celana ini juga menyimpan banyak cerita legenda yang menyeruak di masyarakat sekitar.

Liputan6.com, Jakarta Masing-masing individu di dunia memiliki ketebalan kulit yang berbeda. Sehingga, ketika terjadi luka bakar, proses penyembuhannya pun akan berbeda pula. Sama halnya yang dialami warga masyarakat Asia dan Eropa.

Dr. Mirta Hediyati Reksodiputro, SpTHT-KL(K) menjelaskan bahwa jenis kulit orang Asia berbeda dengan jenis kulit orang Eropa secara signifikan, utamanya pada ketebalannya.

"Orang Asia epidermis dan dermisnya lebih tebal. Sedangkan bule, memiliki ketebalan kulit lebih tipis," kata Staf Divisi Plastik Rekonstruksi Departemen THT-KL Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (RSCM-FKUI) kepada Health Liputan6.com di Aula Fakultas Ilmu Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Jakarta, Kamis (3/7/2014).

Wanita yang baru saja memperoleh gelar Dokter dalam Bidang Ilmu Kesehatan berkat Disertasi berjudul `Peran Faktor Pertumbuhan pada Platelet Rich Fibrin Matrix dan Platet Rich Plasma Autologus terhadap Percepatan Proses Penyembuhan Luka Tandur Kulit`, mengatakan, dengan kondisi seperti itu, tak heran kenapa kulit orang Eropa lebih gampang rusak parah bila mengalami luka bakar, ketimbang kulit orang Asia.

"Karena memang, kulitnya mereka lebih tipis. Di sinilah letak perbedaan ketebalan kulit orang Asia dan Eropa," kata dia menekankan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya