Liputan6.com, Jakarta Keterkaitan budaya dalam penerapan pola makan anak sangat bergantung orangtua. Masalahnya, pemenuhan gizi secara gender kerapkali jadi tidak menyehatkan anak.
Seperti disampaikan staf khusus Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Dr Pinky Saptandari, MAÂ bahwa keluarga Indonesia kebanyakan masih menganggap anak laki-laki harus makan banyak dibanding perempuan.
Baca Juga
"Anak punya hak untuk mengatakan suka dan tidak suka. Kalau perempuan makan banyak katanya kayak kuli. Sedangkan anak laki-laki dibilang, kok makannya sedikit nanti nggak kuat," kata Pinky saat persentasi acara seminar Nutritalk di Hotel Hyatt, Yogyakarta, ditulis Senin (1/9/2014).
Advertisement
Padahal, kata dia, memberikan makan kepada anak harus berkualitas bukan dari jumlahnya atau kuantitas. Tapi kebanyakan anak laki-laki lebih dipentingkan baik secara gizi, pendidikan, ataupun kesehatan.
"Baik anak laki-laki atau perempuan, keduanya memiliki hak untuk mendapatkan asupan gizi yang baik. Coba saja masih banyak orangtua yang memberikan makan anak hanya dengan kerupuk dan nasi. Jadi jangan bedakan pola makan anak laki-laki dan perempuan," tukasnya.