Ayo Dapatkan Vaksin Murah di Rumah Vaksinasi

Rumah Vaksinasi inilah jawaban atas kebutuhan keluarga menengah ke bawah yang sulit mendapatkan vaksin.

oleh Fitri Syarifah diperbarui 15 Sep 2014, 10:00 WIB
Diterbitkan 15 Sep 2014, 10:00 WIB
Rumah Vaksinasi
Rumah Vaksinasi

Liputan6.com, Jakarta Berawal dari keluhan seorang follower di satu media sosial mengenai mahalnya harga vaksin yang ada di Indonesia, dokter yang berpraktik di RS Cipto Mangunkusumo spesialis anak, dr Piprim B Yanuarso Sp.A mendirikan Rumah Vaksinasi pada 2012 setelah mempelajari vaksin dan keruwetan distribusinya.

Menurut Piprim, Rumah Vaksinasi inilah jawaban atas kebutuhan keluarga menengah ke bawah yang sulit mendapatkan vaksin. Dengan memanfaatkan kerjasama dari beberapa dokter umum lain dan jaringan distributor vaksin, kini Rumah Vaksinasi telah melayani masyarakat di 15 cabang.

"Awalnya saya mengumumkan di twitter, siapa yang mau vaksin murah. Tanpa diduga banyak yang mendaftar. Segera saat itu saya telepon distributor minta dikirim. Tadinya saya gencar mengumumkan vaksin murah ini hanya melalui media sosial, tapi sekarang mereka datang dengan mouth by mouth marketing," kata Piprim saat ditemui Tim Liputan6.com di Rumah Vaksinasi Pusat, Jalan Inpres RT 5/9 No.81, Kel. Tengah Kec. Kramat Jati, Jakarta Timur, ditulis Minggu (14/9/2014).

Cara dapatkan vaksin murah

Ayo Dapatkan Vaksin Murah di Rumah Vaksinasi
Rumah Vaksinasi inilah jawaban atas kebutuhan keluarga menengah ke bawah yang sulit mendapatkan vaksin.



Untuk mendapatkan vaksin dengan harga murah, kata Piprim, ada tiga hal yang ia lakukan, seperti:

1. Memanfaatkan diskon yang diberikan distributor dengan cara beli vaksin banyak

2. Potong jalur

Salah satu kekhususan vaksin, boleh diberikan langsung oleh dokter ke pasien. Cara inilah yang dinilai Piprim efektif sehingga vaksin bisa lebih cepat dan hemat.

3. Memberdayakan dokter umum.

Bekerjasama dengan dokter umum yang mengikuti pelatihan resmi dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) agar bisa mendapatkan vaksin dalam jumlah banyak dan memberikan layanan yang terbaik untuk masyarakat. Yang menarik, para dokter tidak hanya dilatih untuk memberikan vaksin tapi juga bagaimana bisa berkomunikasi yang baik dengan pasien.

"Rumah vaksinasi ini tidak sekadar memberikan vaksin tapi juga konselor. Karena banyak orang nggak paham gunanya vaksin atau jadwalnya. Makanya dokter terlatih harus menjawab kagalauan masyarakat dan menjawab sejumlah kelompok anti vaksin. Selain itu, saya dan teman-teman sejawat juga memberikan konsul tumbuh kembang anak dan pemeriksaan jantung yang bila bermasalah akan kita rujuk ke ahli," jelasnya.

Beda vaksin

Ayo Dapatkan Vaksin Murah di Rumah Vaksinasi
Rumah Vaksinasi inilah jawaban atas kebutuhan keluarga menengah ke bawah yang sulit mendapatkan vaksin.



Bedanya Vaksin di Rumah Vaksinasi dan Puskesmas atau RS

Pemberian vaksinasi atau imunisasi, mungkin diketahui sebagian orang hanyalah imunisasi dasar seperti Polio yang dilakukan di Posyandu atau Puskesmas. Padahal sebenarnya, kata Piprim, saat ini terdapat 14 vaksin anak dan 6 diantaranya memang disubsidi pemerintah. Sedangkan sisanya, dipatok mahal dan bisa Anda dapatkan di RS.

"Pemberian vaksin ini tentu memberatkan masyarakat yang tidak mendapat jaminan dari perusahaan asuransi. Untuk melengkapi kebutuhan tersebut, Rumah Vaksinasi ini berdiri untuk melengkapi suplementasi program pemerintah yang sudah ada. Untuk pasien yang dananya terbatas, silahkan mendapat imunisasi dasar di Puskesmas atau Posyandu. Tapi sisanya, yang tidak disubsidi bisa ke rumah vaksinasi," ungkapnya.

Piprim menerangkan, vaksin yang diberikan pemerintah secara gratis dan wajib seperti Hepatitis B, Polio, BCG, DTP, Hib dan Campak. Sedangkan yang tidak disubsidi seperti:

Vaksin tak disubsidi

Ayo Dapatkan Vaksin Murah di Rumah Vaksinasi
Rumah Vaksinasi inilah jawaban atas kebutuhan keluarga menengah ke bawah yang sulit mendapatkan vaksin.

1. Pneumokokus (PCV)

Vaksin ini berguna untuk melindungi tubuh dari bakteri pnemukokus yang bisa menyebabkan meningitis, pneumonia, dan infeksi telinga.

Waktu pemberian: Umur 2, 4, 6 bulan, serta antara 12 - 15 bulan. Namun jika orangtua belum memberikannya hingga usia anak di atas 1 tahun, PCV hanya diberikan dua kali dengan interval 2 bulan. Jika usia anak sudah 2 - 5 tahun, PCV hanya diberikan 1 kali.

2. Rotavirus

Vaksin Rotavirus bermanfaat untuk mencegah diare hebat karena rotarivus. Jadwal imunisasi yang direkomendasikan oleh Ikatan Dokter Ahli Anak Indonesia (IDAI) adalah saat bayi berusia 2 bulan dan 4 bulan. Usia minimum yang bisa dimulai vaksinasi pada saat bayi sudah berusia 6 minggu. Usia maksimum yang masih bisa diberikan vaksin dosis ke 1 adalah 14 minggu 6 hari

Jarak interval atau selang waktu antara dosis pertama dan dosis yang kedua, minimal  adalah 4 minggu. Dosis ke 2, atau dosis terakhir vaksin ini, sudah harus selesai diberikan sebelum bayi berusia kurang dari 24 minggu (usia antara 14- 24 minggu).

3. Varisela

Vaksin ini berfungsi untuk melindungi tubuh dari cacar air. Waktu pemberian biasanya pada umur di atas 5 tahun.

4. MMR (Measles, Mumps, Rubella)

Vaksin MMR dapat melindungi tubuh dari virus campak, gondok, dan rubella (campak Jerman). Waktu pemberian pada usia 15 bulan dan diulang saat anak berusia 6 tahun.

5. HPV (Humanpapilloma Virus)

Vaksin HPV berguna untuk melindungi tubuh dari Humanpapilloma Virus yang menyebabkan kanker mulut rahim. Waktu pemberian diberikan pada anak di atas 10 tahun, diberikan 3 kali dengan jadwal 0, 1-2 bulan kemudian, serta 6 bulan kemudian.

6. Influenza

Vaksin ini diberikan pada anak setahun sekali sejak usia 6 bulan untuk melindungi bayi dari virus influenza.

7. Tifoid

Vaksin Tifoid diberikan pada anak untuk melindunginya dari bakteri Salmonella typhi yang menyebabkan demam tifoid (tifus). Vaksin yang terdiri dari dua jenis, untuk suntik bisa diberikan pada usia di atas 2 tahun, dan diulang setiap 3 tahun. Tapi oral diberikan pada anak di atas 6 tahun.

8. Hepatitis A

Vaksin ini berguna untuk melindungi tubuh dari virus Hepatitis A, yang menyebabkan penyakit hati. Bisa diberikan pada usia anak di atas 2 tahun, dua kali dengan interval 6 - 12 bulan.

Untuk masalah harga, lanjut Piprim, tidak perlu khawatir. Ia menyontohkan, vaksin Pneumokokus misalnya di RS Pemerintah harganya mencapai Rp 1,5 juta mungkin lebih di RS Swasta. Tapi di Rumah Vaksinasi, vaksin termahal Pneumokokus hanya dipatok Rp 750 ribu, sudah termasuk konsultasi dengan dokter.

"Vaksin bukan komoditas tapi barang layanan yang nggak boleh ambil untung banyak. Saya pernah konsultasi kepada dokter senior, apakah memberikan vaksin murah ini dibolehkan secara etika kedokteran? Dia bilang, Anda memberi layanan gratis saja boleh, kenapa yang murah tidak boleh. Saya senang melihaat orang banyak bisa terbantu," ungkapnya.

Sementara untuk urusan fasilitas, Piprim menjamin bahwa rantai dingin vaksin harus terjaga. "Penyimpanan vaksin itu harus dijaga ketat dan diperiksa setiap hari. Kami juga membiasakan pasien untuk melihat expired date. Jadi selain harganya yang terjangkau, kami juga menjamin kualitas dari segi pengelolaan vaksin dan dokter yang juga memahami ilmu vaksinasi secara mendalam."

Selain vaksin untuk anak, sejumlah vaksin juga tersedia di Rumah Vaksinasi, seperti misalnya vaksin influenza atau meningitis bagi yang ingin pergi ke luar negeri.

Merintis rumah echo

Mulai merintis Rumah Echo

Satu yang menarik dari Keuletan Piprim. Karena setelah Rumah Vaksin sukses dan banyak cabang, kini dia juga merintis Rumah Echo. Lagi-lagi karena mahalnya skrining jantung bayi (Echocardiography-USG Jantung) yang baru lahir sering jadi masalah, membuat hati Piprim tergerak.

"Saya melihat echo ini.penting untuk deteksi jantung bawaan. Ketika terdeksi baik dan cepat, penyakit ini bisa diobati tapi jika terlambat bayi tidak tertolong," katanya.

Namun harga yang tinggi atau sekitar Rp 800 ribu hingga Rp 1,5 juta, membuat siapapun mungkin enggan untuk memeriksa kelainan jantung pada bayinya.

"Saya berpikir untuk mendapatkan skrining murah hanya dengan Rp 250 ribu. Dengan begitu banyak pasien yang jauh kesini. Ada yang dari Banjar, Semarang dan luar Jawa. Pernah saya terharu melihat anak down syndrome yang baru bisa echo ketika usia 10 tahun. Padahal echo.penting untuk mengetahui kelainan dan terapinya. Tapi saya bahagia melihat senyum orangtua pasien karena biaya yang lebih terjangkau," ungkapnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya