Kutukan Ibu di Tahun 1.600 M Itu Berlaku Hingga Kini

Dalam hipnoterapi Past Life Regression yang saya lakukan, kata-kata negatif dari seorang ibu tidak hanya bepengaruh dalam kehidupan kini

oleh Liputan6 diperbarui 10 Des 2014, 20:30 WIB
Diterbitkan 10 Des 2014, 20:30 WIB
Banyaknya Manfaat ASI bagi Ibu dan Anak
Dipercaya bahwa tingkat IQ seseorang dipengaruhi berapa lama sang ibu memberikan ASInya.

Liputan6.com, Jakarta Surga di telapak kaki ibu, namun bencana bisa terjadi di kata-kata ibu. Bencana di sini terjadi jika kata-kata ibu selalu negatif atau buruk bagi anak-anaknya. Dalam hipnoterapi PLR (Past Life Regression) yang saya lakukan, kata-kata negatif dari seorang ibu tidak hanya bepengaruh dalam kehidupan satu waktu, tetapi bisa belaku dalam waktu kehidupan yang berbeda.

Salah satu kasus ialah seorang istri yang katakanlah bernama Imel mengalami kekerasan dari suami, dan bertahun-tahun tidak berdaya seakan menikmati penderitaan itu. Akhirnya, ia bercerai dari suami pertama dan menikah lagi. Namun ia bertemu lagi dengan suami yang melakukan kekerasan fisik padanya. Dengan suami kedua Imel sudah bercerai juga.

Di pengantar sebelum hipnoterapi, Imel ingin mengetahui mengapa ia selalu mendapatkan suami yang kasar. Ini membuatnya kuatir untuk memulai pernikahan lagi. Dalam sesi hipnoterapi di regresi masa kini, tidak ditemukan akar penyebab. Dalam PLR ditemukanlah sebuah kisah.

Imel di abad pertengahan, di tahun 1.600, adalah seorang putri yang tidak mau dijodohkan oleh orangtuanya. Karena kesal dengan sikap keras kepala anaknya, sang ibu mengatakan: “kalau tidak menurut orangtua nanti kamu dapat suami yang menyiksamu!”. Dalam kehidupan ketika kata-kata sang Ibu ini terucap, Imel tidak menikah sampai ia meninggal dunia.

Ketika disadari bahwa kalimat sang Ibu di masa lampau adalah penyebab ia mendapat suami yang suka melakukan kekerasan kepadanya, kata-kata itu bisa diputuskan pengaruhnya dengan cara mohon pertolongan Tuhan untuk memutus kata-kata itu. Hal lain ialah dengan meminta persetujuan sang Ibu di masa lampau untuk setuju agar kata-kata tersebut tidak mempunyai pengaruh lagi di kehidupan kini.

Imel mengalami transformasi dengan meminta maaf tidak bisa mengikuti kemauan sang ibu sekaligus juga memberi maaf kepada Sang ibu yang kata-kata buruknya mengikat dia mendapatkan suami yang suka melakukan kekerasan. Proses transformasi ini membuat Imel lebih bersikap bijaksana dan ada kepercayaan diri untuk memulai hubungan baru dengan lawan jenisnya. Saya sendiri yakin, setelah proses transformasi ini Imel akan mendapatkan jodoh yang lebih baik.

Kasus di atas hanya salah satu contoh dahsyatnya kata-kata negative dari seorang ibu yang diucapkan untuk anaknya, apalagi ketika mengucapkan kata-kata negatif itu disertai dengan emosi yang kuat, akan menjadi kenyataan. Dalam sesi hipnoterapi, saya banyak membantu orang untuk melepaskan dampak kata-kata buruk, atau istilah saya, kata-kata kutuk seorang ibu dalam kehidupan dengan “meminta ampun” dan “mengampuni”. Proses ini selalu diakhiri dengan menyertakan Tuhan untuk membawa pergi kata-kata kutuk itu menjauh.

Namun sesungguhnya, reflesi mendalam saya dalam kasus kata-kata kutuk seorang ibu ialah “jangan ucapkan kata-kata itu”, sekalipun itu sifatnya bercanda. Pebanyaklah kata-kata positif, kata-kata yang mendukung, dan mencerahkan. Sekalipun ingin marah dan emosi menguat, Ibu yang bijak tetap mengatakan hal-hal baik bukan kata-kata kutuk. Inilah sebenarnya hakikat dari hypnoparenting, bagaimana hal positif semakin menguat di volume 100, dan hal negatif mengecil di volume 0.

 

Heri Siswanto Cht

Hipnoterapis Klinis

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya