Liputan6.com, Jakarta Transplantasi tinja atau transplantasi mikrobiota feses (faceal microbiota transplant/FMT) akan dijalani oleh seorang pasien yang diketahui memiliki C. difficile infections, infeksi bakteri yang memengaruhi sistem pencernaan berlebih.
Tujuannya untuk menggantikan bakteri baik di dalam usus yang telah dibunuh. Sedangkan alasan lain adalah karena infeksi semacam ini dapat menyebabkan komplikasi yang dapat mengancam jiwa.Â
Namun, karena kasus yang terjadi pada seorang pasien yang tiba-tiba saja mengalami kenaikan berat badan drastis, bahkan tergolong obesitas setelah tiga tahun menjalani transplantasi tinja, membuat para dokter harus menghindari pemilihan pendonor tinja yang mengalami kelebihan berat badan.
Pada 2011, seorang pasien wanita yang enggan disebutkan namanya harus menjalani transplantasi tinja dari seorang pendonor muda yang mengalami obesitas.
Saat memutuskan menjalani transplantasi tinja, berat badannya tergolong stabil dengan indeks massa tubuh (BMI) 26. Ini tergolong sehat dan normal. Namun, beberapa minggu setelah transplantasi tinja, berat badan menjadi `normal`. Dan 16 bulan kemudian, dia mengalami kenaikan berat badan yang cukup drastis, yang membuat BMI-nya mengalami peningkatan menjadi 33. Bila BMI lebih dari 30, artinya tergolong obesitas.
Saat berkonsultasi ke dokter, wanita itu dianjurkan untuk melakukan diet protein dan latihan di bawah pengawasan dokter. Nahas, upaya yang dijalaninya ini tidak menghasilkan apa-apa. Bahkan yang terjadi berat badannya terus saja bertambah.
Melihat kondisi semacam ini, Collen Kelly dari Warren Alpert Medical School of Brown University, mengatakan, dokter terus mempertanyakan apakah ada `sesuatu` yang terjadi saat transplantasi tinja ini dilakukan. "Apakah mungkin bakteri baik yang kita transfer memiliki dampak terhadap metabolisme tubuhnya dengan cara negatif," kata Collen.
Lebih lanjut Collen menjelaskan, kemungkinan besar seorang pasien akan mengalami kondisi ini apabila terdapat faktor lain di dalam dirinya, seperti genetik, penuaan, dan stres yang berhubungan dengan penyakit. Namun, dari catatan medis terhadap riwayat sang pasien, tidak pernah sekali pun mengalami kelebihan berat badan di sepanjang hidupnya.
Melansir Daily Mail, Minggu (8/2/2015), Ana Weil dan Elizabeth Hohmann dari Massachusetts General Hospital, mengatakan, kasus ini menimbulkan banyak pertanyaan tentang pemilihan donor. Dan menyoroti pentingnya mempelajari hasil jangka panjang dari transplantasi tinja.
Pasien Jadi Obesitas Usai Jalani Transplantasi Tinja
seorang pasien tiba-tiba mengalami kenaikan berat badan drastis, bahkan tergolong obesitas setelah tiga tahun menjalani transplantasi tinja.
diperbarui 24 Feb 2015, 11:59 WIBDiterbitkan 24 Feb 2015, 11:59 WIB
Advertisement
Live Streaming
Powered by
Video Pilihan Hari Ini
Video Terkini
powered by
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
OJK Rilis 5 Aturan untuk Perkuat Industri Asuransi, Penjaminan hingga Dana Pensiun
7 Tahapan Perpisahan Saat Putus Cinta yang Harus Dijalani, Apa Saja?
Arti Diaspora: Memahami Konsep dan Dampaknya di Era Modern
Kapan Batas Akhir Lapor Pajak SPT Tahunan? Ini Aturannya
5 Zodiak yang Dijuluki Social Butterfly, Mudah Bergaul dan Aktif di Media Sosial
Fungsi Benang Sari pada Bunga: Peran Vital dalam Reproduksi Tumbuhan
6 Tanda Bahaya Ini Indikasikan Anda Sedang Berurusan dengan Orang Jahat, Penting Diwaspadai
Analisa Kelebihan dan Kekurangan Penampilan Timnas Indonesia U-20 saat Mengalahkan India
Apa Arti Mine: Pengertian, Penggunaan, dan Makna dalam Berbagai Konteks
Tutup Aurat atau Bersihkan Hati Dulu, Mana Lebih Penting? Begini Kata Buya Yahya
Joko Anwar Angkat Isu Kekerasan Antar Remaja dan Ketidakadilan pada Guru dalam Film Pengepungan di Bukit Duri
5 Zodiak dengan Kepribadian yang Baik, Apakah Kamu Salah Satunya?