Liputan6.com, Jakarta Problem dengan diri sendiri adalah salah satu masalah yang sering muncul dalam kasus hipnoterapi. Problem ini biasanya berkaitan dengan perasaan negatif yang menjadi representasi atau perwakilan karakter buruk seseorang. Misalnya rasa benci memunculkan sifat pendendam. Rasa cemas memunculkan sifat penyendiri. Rasa minder memunculkan sifat rendah diri, dan masih banyak lagi. Dalam hipnoterapi sifat-sifat buruk itu menjadi bagian atau “part” yang membentuk diri. Terapinya disebut part therapy.
Sebagai bagian diri, sifat-sifat buruk tersebut memunculkan perilaku yang seringkali tidak diharapkan. Misalnya, ketika si Minder muncul, seseorang menjadi rendah diri sehingga ketika ada kesempatan untuk menampilkan diri seseorang tidak tampil maksimal bahkan cenderung menghindar. Ketika si benci muncul, seseorang mempunyai rasa dendam yang menguat. Rasa dendam memunculkan keinginan untuk mencelakai seseorang yang dibenci tersebut.
Baca Juga
Namun ketika ditelusuri lebih dalam, sebenarnya part-part yang buruk tersebut selalu ada tujuan baiknya. Hipnoterapis mempunyai kewajiban untuk membantu klien menemukan tujuan baik dari part tersebut, karena kadangkala part tersebut tidak tahu atau tidak bisa merumuskan tujuan baiknya. Setelah ditemukan, tujuan baik tersebut diperbesar, dikuatkan dan ditanamkan dalam diri klien untuk muncul setiap kali part buruk muncul, sehingga klien tetap mempunyai bagian diri yang lebih positif secara utuh. Ambil contoh misalnya seseorang itu mudah marah. Ternyata sifat pemarah atau part pemarah itu muncul dengan tujuan baik agar bisa asertif meski tidak boleh berlebihan.
Advertisement
Tetapi, bagaimana jika part buruk ini tidak mempunyai tujuan baik sama sekali? Tujuan satu-satunya ialah membuat seseorang yang mempunyai sifat tersebut celaka. Part buruk semakin memperbesar kuasanya dan menguasai diri tuannya dan part-part lain yang positif dibuatnya semakin kecil, bahkan tidak muncul. Realitas seperti ini sangat berbahaya bagi kepribadian seseorang.
Part yang sungguh part selalu bisa menunjukkan tujuan baiknya. Meskipun pada awalnya ia belum mengetahui. Di sinilah kita harus memastikan dan berusaha mengerti apakah part yang tidak mempunyai tujuan poisitif ini sungguh part dari klien, atau ada “penumpang gelap” yang memakai identitas part klien yang kebetulan lemah? Penumpang gelap ini sangat jahat. Ia memanfaatkan kelemahan sifat seseorang yang dibuatnya semakin lemah dengan tujuan menghancurkan klien yang ditumpangi tersebut.
Seringkali penumpang gelap ini tidak mempunyai identitas yang berbeda dengan sifat yang ditumpanginya. Misalnya, kelemahan klien adalah minder, maka ia akan memakai nama minder juga. Pada umumnya, si Penumpang gelap ini akan berkelit dan membuat klien berperilaku aneh dalam sesi hipnoterapi agar hipnoterapis bingung dan memutuskan untuk mengakhiri sesi terapi. Memang itulah yang diharapkan si penumpang gelap agar ia tetap bisa tinggal.
Hipnoterapis yang bepengalaman, ketika menyadari akan penumpang gelap ini seharusnya tidak mengakhiri sesi hipnoterapi sampai klien terbebas dari si penumpang gelap. Kalau sudah capek beperilaku aneh, ketika ditanya apakah ia part dari klien atau bukan, biasanya ia akan mengaku bahwa ia BUKAN part dari klien. Dari sini hipnoterapis tidak boleh ragu untuk mengeluarkan si penumpang gelap ini untuk kembali ke tempat yang semestinya.
Cahaya dihadirkan. Si penumpang gelap diminta mau pergi sendiri atau dijemput masuk dalam cahaya. Biasanya, yang masuk kategori “biangnya penumpang gelap” tidak mau masuk dalam cahaya sendiri. Cahayalah yang datang menjemputnya. Setelah ia dijemput cahaya dan pergi, biasanya “penumpang gelap yang ikut-ikutan” akan pergi sendiri masuk dalam cahaya. Hipnoterapis harus memastikan bahwa penumpang gelap telah sungguh-sungguh pergi. Semua ini ada tekniknya, dan tekniknya sangat ilmiah. Anda akan sangat terkejut, karena Anda tidak perlu menjadi paranormal untuk melakukan ini. Anda cukup mempelajari wisdom hipnoterapi.
Heri Siswanto MM, Cht, CI
Cardoner Hypnogreat Elevator
www.hypnogreat.com
08119938829