Korban Tindak Kekerasan di Sekolah Cenderung Balas Dendam

Anak akan memperlakukan orang lain di masa dewasa seperti ketika dia diperlakukan orang lain pada masa kanak-kanak.

oleh Aditya Eka Prawira diperbarui 23 Jul 2015, 21:30 WIB
Diterbitkan 23 Jul 2015, 21:30 WIB
Melihat Pelaksanaan UN Hari Pertama di SDN 04 Jakarta
Jika saat ini seorang anak diperlakukan dengan penuh kekerasan yang membuatnya trauma, kelak akan menjadi pelaku kekerasan yang mungkin jauh lebih hebat dibanding perlakuan kekerasan yang diterima saat anak-anak.

Liputan6.com, Jakarta Seorang anak yang selalu jadi korban tindak kekerasan di sekolah memiliki kecenderungan bakal `balas dendam` di usia dewasa. Anak akan memperlakukan orang lain di masa dewasa seperti ketika dia diperlakukan orang lain pada masa kanak-kanak.

Menurut ahli ilmu saraf sekaligus pendiri aliran psikoanalisis dalam bidang ilmu psikologi, Sigmund Freud mengatakan, jika saat ini seorang anak diperlakukan dengan penuh kekerasan yang membuatnya trauma, kelak akan menjadi pelaku kekerasan yang mungkin jauh lebih hebat dibanding perlakuan kekerasan yang diterimanya saat anak-anak.

Untuk itu, kekerasan terhadap anak patut diwaspadai.

Dalam buku Hasil Monitoring dan Evaluasi KPAI di 9 Provinsi Tahun 2012 yang diterima Health Liputan6.com pada Kamis (23/7/2015) disebutkan dampak yang akan dirasakan korban kekerasan di sekolah adalah emosi negatif seperti marah, dendam, tertekan, takut, malu, sedih, tidak nyaman, terancam. Risiko jangka panjangnya, membuat si anak jadi rendah diri dan tidak berharga.

Bahkan, tidak jarang ada yang ingin keluar dan pindah ke sekolah lain.

"Dampak psikologis yang lebih berat adalah kemungkinan timbulnya masalah pada korban, seperti rasa cemas berlebihan, selalu merasa takut, depresi, dan ingin bunuh diri," kata Sigmun Freud.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya