Gangguan Jiwa Berat Dapat Dicegah Saat Masih Bayi

Penyakit gangguan jiwa berat Skizofrenia yang membuat pengidapnya kerap dianggap sebagai orang gila ini dapat diobati sejak masih bayi.

oleh Aditya Eka Prawira diperbarui 24 Jul 2015, 17:30 WIB
Diterbitkan 24 Jul 2015, 17:30 WIB
Risiko Skizofrenia Pada Pria Lebih Tinggi Ketimbang Wanita
Penyakit gangguan jiwa berat Skizofrenia yang membuat pengidapnya kerap dianggap sebagai orang gila ini dapat diobati sejak masih bayi.

Liputan6.com, London - Peneliti dari Cardiff University menemukan gen yang diketahui ikut terlibat dalam terbentuknya Skizofrenia aktif pada bayi yang baru lahir. Oleh karena itu, penyakit gangguan jiwa berat yang membuat pengidapnya kerap dianggap sebagai orang gila ini dapat diobati sedini mungkin untuk mencegah kondisi ini berkembang di kemudian hari.

Gen yang disebut gen DISC-1 sebenarnya dapat dideteksi pada hari-hari pertama kehidupan seorang bayi. Bagi orangtua yang mungkin masih takut memeriksakan keberadaan gen ini, dapat melakukannya ketika si anak berusia 6 hingga belasan tahun.

Terobosan ini dibuat karena pengidap Skizofrenia di Inggris terus bertambah setiap tahun. Jumlah ini diikuti oleh meningkatnya jumlah korban akibat dari Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) yang tak mampu mengontrol emosinya ketika panik, marah, depresi, halusinasi, dan delusi menghampiri.

Para peneliti juga memastikan kabar bahagia ini tidak hanya untuk pengidap Skizofrenia saja. Temuan ini juga menawarkan harapan hidup bagi mereka yang mengidap gangguan bipolar dan depresi.

Gen yang disebut gen DISC-1 sebenarnya dapat dideteksi pada hari-hari pertama kehidupan seorang bayi. Bagi orangtua yang mungkin masih takut memeriksakan keberadaan gen ini, dapat melakukannya ketika si anak berusia 6 hingga belasan tahun.

Peneliti Utama Profesor Kevin Fox mengatakan, penemuan ini membuka jalan untuk pembuatan obat baru,"Kami berharap suatu hari nanti bisa membantu mencegah manifestasi atau kambuhnya gejala Skizofrenia sama sekali."

Penelitian ini juga memberi bukti ekspreimental yang kuat, perubahan yang sangat halus di awal kehidupan seorang manusia dapat menyebabkan efek jangka panjang di masa akan datang. Namun, badan amal kesehatan mental mendesak para peneliti untuk lebih berhati-hati lagi dalam melakukan uji coba lanjutan.

"Meski kami optimis akan temuan ini, tapi masih perlu direplikasi dan divalidasi oleh penelitian pada manusia," kata Kepala Eksekutif dari SANE, Marjorie Wallace dikutip dari situs Daily Mail, Jumat (24/7/2015)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya