Wanita Cantik Lebih Dimaklumi Ketika Berbuat Tidak Adil, Apa Iya?

Menurut studi, orang cenderung memaklumi `ketidakadilan` yang dilakukan oleh seseorang dengan fisik menarik.

oleh Dyah Puspita Wisnuwardani diperbarui 31 Jul 2015, 09:00 WIB
Diterbitkan 31 Jul 2015, 09:00 WIB
 Marilyn Monroe
Marilyn Monroe

Liputan6.com, Jakarta Menurut sebuah studi yang dilakukan oleh peneliti di School of Management Zhejiang University, China, orang cenderung memaklumi `ketidakadilan` yang dilakukan oleh seseorang dengan fisik menarik. Biasanya kaum Adam yang sering melakukan kebiasaan tersebut.

Sejumlah 21 pria China usia 18 dan 26 tahun dilibatkan dalam penelitian ini. Mereka diminta melihat 300 foto wanita China dan mengukur kadar menarik atau tidaknya wajah para wanita tersebut.

Para peneliti meminta sekelompok pria itu untuk memutuskan apakah mereka mau menerima tawaran dari tiap wanita untuk membagi sejumlah uang. Selama tes, aktivitas otak para pria dan durasi reaksi mereka dalam setiap bertransaksi terus dipantau.

Hasilnya cukup mengejutkan. Para pria lebih bisa menerima tawaran yang kurang menguntungkan bagi mereka dari perempuan yang berwajah menarik. Mereka cepat menerima tawaran dari para wanita berwajah menarik jika tawarannya cukup adil, dan lebih lambat memberi keputusan jika tawarannya kurang adil.

Selama transaksi tersebut, otak pria lebih aktif saat menghadapi wanita cantik, ketimbang wanita yang kurang menarik.

Para peneliti tidak paham kenapa para pria memiliki kecenderungan seperti itu. Tapi para peneliti percaya bahwa ini berdasarkan alam bawah sadar pria untuk selalu memilih wanita cantik, meskipun mereka belum tentu berinteraksi atau bertemu langsung, dilansir laman Yourtango, Jumat (31/7/2015).

Tentunya diperlukan penelitian lebih lanjut untuk hal ini karena dianggap belum mewakili kondisi umum. Meski demikian, penelitian ini tetap bermanfaat karena menambah daftar panjang pendapat orang tentang kadar menarik atau tidaknya fisik seseorang. Penampilan seseorang menarik atau tidak, yang pasti penelitian ini menunjukkan bahwa hal tersebut menjadi pemicu seseorang akan berlaku lebih baik dan mengenal individu lainnya lebih jauh untuk nantinya menjalani suatu hubungan.

Penelitian lebih lanjut diharapkan dapat membuat kita lebih memahami tentang bias terhadap ukuran kecantikan dan menghilangkan diskriminasi. Kebaikan dan keadilan seharusnya tidak ditentukan oleh penampilan fisik, melainkan oleh seberapa baik dan adil kita memperlakukan orang lain.

 

 

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya