Liputan6.com, Jakarta Kebiasan jajan tidak selalu buruk karena anak memerlukan energi untuk belajar dan aktif bergerak selama di sekolah. Hanya saja, orangtua perlu waspada dan memastikan jajanan anak-anak mereka benar-benar sehat.
Dikutip dari situs Promosi Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Minggu (6/9/2015), jajanan yang baik yakni yang mengandung protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral. Protein merupakan sumber kecerdasan, kekebalan, dan pertumbuhan untuk si kecil. Lemak, sumber kecerdasan dan kekebalan.
Karbohidrat merupakan sumber energi dan kekuatan tenaga, sedangkan vitamin dan mineral merupakan sumber kesehatan, kebugaran, dan kekebalan.
Advertisement
Jangan jajan makanan yang kotor dan tidak tertutup, karena membuat si kecil bersiko sakit perut, demam, diare, muntaber, tipes, kolera, dan disentri. Sementara jajanan berwarna indah menyolok akan mengakibatkan kerusakan hati, paru, otak, usus, lambung, ginjal, dan lain-lain.
Lebih lanjut, jangan juga mengonsumsi jajanan yang kental awet menyolok, dapat mengakibatkan kerusakan hati, paru, otak, usus, lambung, darah, ginjal. Selain itu, hindari juga yang terlalu manis dan gurih, karena berisiko kanker otak.
Hindari juga jajanan yang mengandung pewarna beracun (hanya digunakan indusktri plastik, kain, dan kertas), formalin (hanya untuk mengawetkan mayat, antiseptik, dan kulit), boraks (hanya untuk pengawet lem kayu lapis dan detergen), dan penyedap rasa yang jika dimakan setiap hari dapat memperlambat pertumbuhan si kecil, penyedap rasa juga membuat daya tubuh melemah.