Liputan6.com, Jakarta Jalanan penuh kerikil dilalui Andien hingga berhasil mencapai sebuah titik di mana dia mampu mempertahankan eksistensi bermusik selama 15 tahun. Tanda kalau Andien yang dulu sempat dipandang sebelah mata tidak seperti yang mereka bayangkan, sebuah konser bertajuk Metamorfosa pun digelar di Plenary Hall, Jakarta Hall Convention Center (JHCC) pada Selasa (15/9/2015) malam.
Jika banyak orang mengira jalan Andien mencapai sebuah kesuksesan di dunia musik mulus-mulus saja tanpa hambatan, siapa yang mengira kalau Andien di 15 tahun yang lalu pernah juga mengalami masa-masa sulit sebagai penyanyi jazz baru yang masih fresh.
"Ups and downs seperti naik halilintar pernah saya rasakan. Saya pernah berada di titik atas tapi tak lama kemudian saya jatuh hingga titik terbawah. Saya pun pernah dibully musisi senior dan dipandang sebelah mata," kata Andien di atas panggung.
Advertisement
Bisa dikatakan Andien adalah penyanyi jazz muda pertama yang berhasil menggebrak industri musik Indonesia di usia yang sangat belia (15 tahun). Berkat tangan dingin mendiang Elfa Secioria, plus suara yang memang bagus dan memiliki ciri khas, Andien secara perlahan menjelma jadi seorang musisi muda yang patut diperhitungkan.
"Hampir semua musisi jazz lebih blak-blakan, saya tidak siap dengan itu. Ketemu musisi senior di jazz waktu itu, saya dianggap `Emangnya elo bisa apa? Masih kecil saja nggak usah sok-sokan nyanyi jazz. Paling juga bisa kayak begini karena Elfa Secioria`. Asli, waktu sound check saya menangis, sampai-sampai harus mengadu ke mama dan Bang Elfa," kata pelantun Gemintang ini.
Pengalaman pahit yang dibagikan Andien ini diharapkan dapat dijadikan pembelajaran kalau apa yang dilihat belum tentu seperti apa yang dibayangkan. "Kita tidak pernah tahu cerita di balik kehidupan masing-masing orang. Semua orang punya perjalanan hidup masing-masing. Jujur, saya dulu takut banget nyanyi. Mending yang awalnya penyanyi kafe deh, karena bisa belajar menguasai panggung," kata Andien.