Liputan6.com, Jakarta Tidak mudah menjadi figur publik. Apalagi di era maraknya media sosial seperti sekarang ini. Selain harus selalu menjaga penampilan fisik, tingkah dan wawasan pun penting untuk dijaga agar tak jadi olok-olok publik.
Salah satunya seperti yang dialami personel JKT 48, Della Delila. Gadis berusia 16 tahun ini mendapat pengalaman kurang mengenakkan di media sosial karena keliru mengartikan salah satu falsafah kepemimpinan yang ditelurkan Bapak Pendidikan Nasional, Ki Hajar Dewantara.
"Dan aku juga mengenalkan budaya Indonesiaa ke mereka. seperti, tut wuri handayani yg artinya walaupun beda tetap satu :)" tulis Della dalam akunnya, @Della_JKT48, Kamis (24/9) lalu.
Advertisement
Mungkin yang dimaksud Della adalah semboyan "Bhinneka Tunggal Ika" yang memiliki arti seperti yang disebut dalam statusnya. Status itu kini sudah dihapus. Namun Della terlanjur mendapat respon kurang enak dari netizen dan tagar #TutWuriHandayani jadi topik hangat di Twitter.
Semboyan "Tut Wuri Handayani" adalah filosofi pendidikan yang dicetuskan oleh Bapak Pendidikan Indonesia, Ki Hadjar Dewantara. Secara keseluruhan semboyan yang menggunakan Bahasa Jawa tataran Krama Inggil (sangat sopan) tersebut berbunyi, "Ing Ngarsa sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani". Artinya, "Di depan memberi teladan, di tengah membangkitkan niat, di belakang memberi dorongan (moral maupun semangat)".
Meski keliru sebut, kebanggaan Della terhadap semboyan negeri kita boleh diapresiasi. Terlepas dari kekeliruan yang dibuat Della, ada fakta menarik di balik semboyan Tut Wuri Handayani ini.
Anda pasti sudah mendengar betapa majunya sistem pendidikan di Finlandia dalam tiga dekade terakhir bukan? Ternyata hal itu tak lepas dari semboyan Tut Wuri Handayani milik bangsa kita. Finlandia memutuskan untuk mengadaptasi ajaran dari Ki Hadjar Dewantara dalam sistem pendidikan mereka, hal ini disampaikan oleh Anies Baswedan, Menteri Kebudayaan dan Pendidikan Dasar dan Menengah RI.
(Baca juga: Pendidikan di Finlandia Maju Berkat Ki Hadjar Dewantara)
Anies mengatakan, pendidikan di Finlandia dikembangkan berdasarkan sejumlah buku yang ditulis Ki Hadjar Dewantara yang pernah menjabat sebagai menteri pendidikan pertama di Indonesia. Menurutnya, pendidikan di Finlandia dikembangkan tanpa unsur dan kepentingan politik. Jadi meski pemerintah berganti, tak akan berpengaruh pada jalannya transformasi pendidikan.
Salah satu bukti lain yang menunjukkan sistem pendidikan Finlandia berkiblat pada ajaran Ki Hadjar adalah penyebutan `taman` sebagai tempat pendidikan. Kata Anies, penyebutan tersebut jelas berdasarkan ajaran sang Bapak Pendidikan Indonesia yang sukses dengan Taman Siswa-nya.
Kembali pada semboyan Tut Wuri Handayani, Ki Hadjar Dewantara menekankan sifat `among` yakni mengasuh, membimbing, dan mengawasi. Hal itu tercermin dalam falsafah pendidikan bagi sekolah Taman Siswa yang didirikannnya.
Laman Pemda Jakarta, Jakarta.co.id menulis, filsafat pendidikan among lebih mencerminkan pentingnya pendidikan, di samping pengajaran. Kalimat Tut Wuri Handayani memberi kesan bahwa seorang pendidik tidak hanya harus memberi contoh, teladan, dan motivasi saja tetapi juga perlu memberikan dorongan kreativitas bagi anak didiknya.