Tanpa TV di Rumah, Anak Jadi Bebas Bereksplorasi

Ada yang menarik perhatian kami, ketika Tim Liputan6.com menyambangi kediaman Faye Simanjuntak

oleh Fitri Syarifah diperbarui 25 Nov 2015, 17:00 WIB
Diterbitkan 25 Nov 2015, 17:00 WIB
Faye Simanjuntak - Rumah Faye 1115
Faye Simanjuntak, Pendiri Rumah Faye

Liputan6.com, Jakarta Ada yang menarik perhatian kami, ketika Tim Liputan6.com menyambangi kediaman Faye Simanjuntak. Dia merupakan Founder Rumah Faye yang fokus mengampanyekan stop prostitusi anak di usia 13 tahun.

Iya, di usia yang masih belia atau sejak usia 9 tahun, remaja puteri ini telah berpikir bagaimana bisa menyelamatkan anak-anak korban trafficking (perdagangan manusia) hingga yang terjerat prostitusi.

Di rumah yang terletak di kawasan Bangka, Jakarta itu, Faye tinggal bersama orangtua dan adiknya, Noah Simanjuntak yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Rumahnya berdesain unik. Ada pohon besar di tengah rumah‎ dan diantaranya terdapat dapur dan ruang tamu.

Hal yang lazim ketika ruang tengah atau keluarga lainnya biasanya dihiasi televisi‎. Nyatanya, kami sama sekali tidak melihat ada satu layar pun di rumahnya. Menurut Faye, dia dibesarkan oleh keluarga yang cukup disiplin untuk boleh menonton televisi.

"Ada TV tapi di kamar orangtua," katanya. Siswi SMP Pelita Harapan Kemang itupun bertutur, sejak kecil, dia tidak diizinkan menonton televisi tanpa didampingi orangtua. Bahkan untuk menggunakan handphone dan Wifi saja, gadis aktif ini harus mendapat izin dari ibunya.

"Hp disimpan di kamar mama. Kalau butuh nanya PR ke temen, boleh aja. Tapi nanti disimpan lagi. Disini juga ada Wifi, tapi aku pakai untuk ngerjain tugas aja," ungkapnya.

Meski begitu, cucu Menko Polhukam Jenderal Purnawirawan Luhut Binsar Pandjaitan ini tak pernah merasa bosan di rumah karena senang membaca buku. Tak heran di rumahnya, ada banyak buku impor koleksinya.

"Aku suka banget baca buku. Tapi aku jadi nggak tau kalau Justin Bieber punya album baru. Aku seperti anak biasa lainnya kok kalau di rumah, suka bertindak bodoh, teriak-teriak di luar, main sama Noah," ujarnya semangat.

Meski tidak bisa menonton TV, remaja yang aktif menjadi pembicara di berbagai acara, khususnya menyangkut perdagangan anak seperti Fighting Against Child Trafficking di Jakarta International School, 7th Annual Gindo Conference di SPH Karawaci, Hari Anak Nasional di Istana Bogor, sampai audiensi dengan Mensos Khofifah Indar Parawansa ini mengatakan lebih bebas bereksplorasi bagaimana bisa lebih membantu anak-anak lainnya yang kurang beruntung

"Saya suka bilang ke mama, Mama, kalau aku punya banyak uang, kenapa kita nggak kasih mereka kesempatan untuk hidup layak. Mereka masih anak-anak, masa depan mereka masih panjang. Mereka kan harusnya sekolah dan main," ungkapnya.

Putri Maruli dan Paulina Simanjuntak inipun gerah bila melihat anak seusianya hanya bertindak bodoh dan kerap mementingkan diri sendiri. "Mereka boleh aja make up, tapi kalau ada acara. Sebagai anak-anak masih banyak yang harus kita pikirkan."

"Sebagai anak-anak, kita harus bertindak seperti anak-anak. Tapi anak-anak yang berkualitas, yang bisa membantu orang lain, yang bisa membanggakan orangtua dan negara," tukasnya.

 

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya