Liputan6.com, New York- Adegan kekerasan dan seksual sama-sama tidak diperkenankan untuk dilihat anak di bawah usia tertentu. Namun, orangtua nampaknya masih bisa memberi izin ketika anak melihat adegan kekerasan dibandingkan seks.
Sekitar 80 persen orangtua yang terlibat dalam survei dari Parents Ratings Advisory Study nyatakan mereka lebuh takut ketika anak melihat adegan seks ketimbang kekerasan. Lalu, sekitar 56 persen dari mereka yang takut akan penggambaran kekerasan yang nampak dalam kehidupan nyata dan sekitar 70 persen takut dengan adegan tembak-tembakan frontal.
Baca Juga
Baca Juga
Padahal, adegan kekerasan juga berbahaya untuk dilihat anak-anak. Sementara seks, merupakan adegan yang pada usia yang tepat akan dilewati oleh anak-anak. Lalu mengapa orangtua lebih takut anaknya lihat adegan seks daripada kekerasan?
Advertisement
Seperti dilansir Time, Senin (7/12/2015) kemungkinan hal ini karena di beberapa negara, terutama di Barat, kehidupannya cenderung jauh dari kekerasan ekstrim. Sehingga apa yang dilihat di televisi atau film merupakan fantasi, atau hal yang mungkin akan jarang terjadi. Sementara seks, merupakan salah satu aktivitas kehidupan manusia yang nyata dekat dengan mereka.
Lalu, para orangtua merasa bisa mencegah pemikiran anak tentang kekerasan yakni melalui perilaku dan diskusi terbuka dengan anak-anak mereka. Sementara, mengenai paparan tayangan seksual ternyata studi buktikan dari University of Missouri, Amerika Serikat temukan paparan konten seksual dalam tayangan film terkait dengan kecenderungan untuk mencari lebih banyak hal terkait seksual lainnya lebih intens.
Namun pendidikan seks yang tepat dan keterbukaan perbincangan tentang seks pada anak usia remaja ternyata ampuh membuat kehidupan seks anak jadi lebih aman dibandingkan orangtua yang menutup-nutupinya.