Liputan6.com, Jakarta Sejumlah orang membawa mutasi gen tertentu yang membuat ketiaknya tidak berbau. Dan gen tersebut ternyata juga berhubungan dengan kotoran telinga seseorang.
Peneliti di University of Bristol ingin mengetahui apakah tipe orang dengan 'gen harum' itu tetap menggunakan deodoran dengan melibatkan data dari 6.495 wanita yang berpartisipasi dalam studi "Children of the 90s" dari University of Bristol.
Dari semua wanita, sekitar 2 persen (117) mempunyai gen langka ABCC11 yang membuat ketiaknya tidak berbau. Namun, peneliti menemukan 78 persen wanita yang memiliki gen tersebut masih memakai deodoran setiap hari.
Advertisement
Bukti lain menunjukkan, 4,7 persen wanita dan 13 persen pria yang memiliki gen harum itu tidak menggunakan deodoran.
"Meskipun membutuhkan deodoran, tidak pernah menggunakannya atau menggunakannya sekali dalam seminggu".
Dari 22 persen peserta yang pernah menggunakan deodoran secara sadar atau tidak sadar mengakui kalau ketiaknya tidak berbau. Tapi pada peserta pengguna deodoran yang memiliki gen harus melakukannya karena budaya.
"Kami percaya bahwa orang hanya mengikuti norma sosial budaya," kata peneliti Ian Day, seorang profesor di University Bristol, seperti dikutip Huffington Post, Jumat (25/1/2013).
Di beberapa tempat, seperti di Asia Timur, penggunaan deodoran jarang dilakukan hanya kurang dari 7 persen. Peneliti menunjukkan kalau ini mungkin kurang dari 1 persen populasi di Asia Timur yang memiliki gen ketiak berbau dan ini bukan karena aspek kebersihan seseorang.
Selain itu, temuan tersebut juga menunjukkan gen tidak berbau ini berhubungan dengan kotoran telinga yang kering (lawannya kotoran telinga yang lengket). Jika Anda tak yakin di mana posisi Anda berada, periksa telinga Anda. Varian genetik yang melindungi dari bau ketiak juga menyebabkan kotoran telinganya kering, bukan lengket.
Jika Anda masih tidak yakin, lakukan tes gen sederhana yang mungkin bisa meyakinkan diri dan menghemat pembelian yang perlu dengan membeli deodoran.