Liputan6.com, Jakarta Ketika seseorang divonis sebagai pecandu, konotasi yang diasosiasikan padanya cenderung buruk. Ini karena sebutan itu cenderung digunakan untuk mendeskripsikan seseorang yang selalu terbuai untuk melakukan suatu hal, baik positif maupun negatif, tapi dalam kadar atau frekuensi melampaui batas normal.
Baca Juga
Dua hal yang kerap dijadikan "pendamping" kata pecandu adalah seks dan narkoba. Pecandu seks adalah seseorang yang selalu tergoda untuk melakukan hubungan intim dengan pasangan atau orang lain.
Tidak hanya tergoda, desakan pada psikisnya begitu kuat sehingga sering kali ia mendapatkan apa yang dia mau. Hasrat yang begitu besar membuatnya ingin terus melakukan seks. Termotivasi hawa nafsu sebegitu dalamnya, ia bisa melakukan kapan saja, dengan siapa saja dan dimana saja, semua asal keinginannya tercapai.
Bahkan ia bisa memperdayakan hal lain seperti nonton film porno atau mencoba sex toys untuk menemukan kepuasan batin dan fisiknya itu.
Kemudian ada pecandu narkoba. Pecandu dalam topik ini dapat digambarkan sebagai seseorang yang tidak pernah bisa berhenti melakukan atau memakai narkoba hingga ia rela menghambur-hamburkan uangnya untuk membeli barang tersebut.
Selain itu, orang bisa dikatakan pecandu narkoba saat perilakunya sudah mulai berubah dari normal. Umumnya orang tersebut mengindikasikan ketergantungan akut pada narkoba melalui penurunan perhatian pada kesehatan dan sekelilingnya.
Bila dilihat dari sisi kerugian, dua-duanya sama-sama memiliki dampak negatif. Pecandu seks berpotensi miliki masalah kesehatan seperti HIV/AIDS, bahkan psikisnya di mana ia kesulitan berkomitmen lantaran selalu ingin bercinta dengan siapa saja yang bisa atau ada di depan matanya.
Pecandu narkoba juga ancam kesehatan seseorang dari berbagai sisi. Tidak hanya fisik dan psikis saja, kejiwaan seseorang bisa secara permanen terganggu oleh penggunaan narkoba yang terlampau sering. Kematian merupakan kemungkinan yang paling fatal namun nyata bagi pecandu narkoba.
Namun, bagaimana jika keduanya digabungkan? Sebetulnya masing-masing memiliki keterkaitan erat satu sama lain. Ketergantungan narkoba bisa memicu ketergantungan pada seks dan juga sebaliknya.
Melansir Bradford Health, Sabtu (3/9/2016), seseorang yang sudah ketergantungan seks sebelum kenal obat-obatan terlarang cenderung lebih sulit berkomitmen, miliki pasangan, bertahan hidup lama dan bahagia dibandingkan seseorang yang gila seks setelah menggunakan narkoba terlebih dahulu.
Pecandu narkoba, khususnya sabu atau ekstasi, umumnya menjadi senang bercinta lantaran zat yang dibawanya memicu hawa nafsu. Jika pecandu tersebut bercinta dalam frekuensi normal sebelum menjadi pecandu narkoba, maka kemungkinan besar barang haram tersebut akan hanya meningkatkan kegilaan pada seks beberapa persen saja.
Lain halnya dengan pecandu seks yang tidak perlu dipicu apa pun hasratnya sudah melampaui batas. Penggunaan narkoba seperti sabu atau ekstasi bisa membuatnya tidak terkendali dan lama-lama kehilangan akal sehat sekaligus emosinya.
Intinya, kedua hal tersebut berhubungan. Tidak sedikit jumlah orang yang ketergantungan seks sekaligus narkoba. Namun untuk mana yang lebih parah, tergantung dari kondisi mana duluan yang ia alami.
Advertisement