Liputan6.com, Jakarta Para peneliti di National University of Distance Education di ibu kota Spanyol, Madrid, percaya bahwa kajian dari hasil penelitian mereka dapat membantu para ahli dan dokter mengidentifikasi orang-orang yang berpotensi atau mempunyai minat tinggi menjadi seorang transgender sejak usia dini.
Studi ini dipublikasikan dalam Volume 45 , Issue 2 dari Journal of Research Psychiatric. Demikian informasi seperti dilansir dari Pink News, Senin (5/9/2016).
Dalam penelitian tersebut, para ilmuwan menggunakan jaringan otak white matter atau "penghubung putih", untuk mendeteksi perbedaan yang ada pada jaringan dalam struktur otak pria, wanita dan orang-orang transgender.
Advertisement
Para ilmuwan mengandalkan kecanggihan teknologi berupa MRI atau mesin pindai otak yang digunakan untuk mendeteksi perbedaan jaringan otak white matter tersebut pada 18 pria transgender tanpa terapi hormon, 24 pria dan 19 wanita.
Hasil menunjukkan bahwa pria transgender yang secara biologis dilahirkan sebagai perempuan, tapi hidup sebagai laki-laki, memiliki white matter yang umumnya ditemukan dalam otak laki-laki.
Pengertian lainnya adalah, jaringan white matter pada otak wanita yang menjelma pria sama dengan dengan yang dimiliki pria pada umumnya.
Para ilmuwan melanjutkan, dalam kondisi ini, otak pria transgender atau wanita menjelma pria dibuat menjadi maskulin.
Pengujian berikutnya dilakukan terhadap otak 18 wanita transgender yang secara biologis dilahirkan sebagai laki-laki, tapi hidup sebagai perempuan, 19 pria dan 19 wanita.
Ternyata hasilnya menunjukkan bahwa struktur otak wanita transgender atau pria menjelma wanita, memiliki white matter yang merupakan gabungan dari setengah jaringan otak pria dan wanita.
“Jaringan otak mereka menunjukkan tidak sepenuhnya maskulin ataupun feminin, tapi lebih cenderung ke feminin atau seperti yang bisa ditemukan dalam otak wanita,” tutur pemimpin penelitian, Antonio Guillamon.