Liputan6.com, Jakarta Sebuah studi terbaru di Denmark mengungkap bahwa pil KB dan kontrasepsi hormonal lainnya menyebabkan efek buruk kepada wanita, yaitu berkembangnya depresi.
Catatan medis menunjukkan lebih dari satu juta wanita sehat dengan usia 15 sampai 34 tahun yang menggunakan kontrasepsi hormonal pada tahun 1995 dan 2013. Dan peneliti menemukan bahwa wanita yang menggunakan kontrasepsi tersebut mengalami depresi.
Baca Juga
Rata-rata kontrasepsi yang menyebabkan depresi berjenis kontrasepsi patch dan kontrasepsi cincin vagina. Sementara 23 persen lebih mungkin mengalami depresi dari penggunaan kontrasepsi oral kombinasi yang berbentuk pil, dibandingkan pada wanita yang tidak menggunakan.
Advertisement
"Penggunaan kontrasepsi hormonal, terutama di kalangan remaja didiagnosis akan menyebabkan depresi," penulis menyimpulkan dalam JAMA Psychiatry, dikutip dari laman Medical Daily, Kamis (6/10/2016).
Peneliti mencatat, kondisi ini terjadi akibat produksi progesteron yang meningkat di masa pubertas perempuan. Sehingga wanita dua kali lebih mungkin didiagnosis depresi dibanding pria. Penelitian lain juga menunjukkan bahwa wanita dengan kadar progesteron yang lebih tinggi dan kadar esterogen menurun akan berisiko rentan depresi.
Namun Dr. Channa Jayasena, dosen senior klinis di endokrinologi reproduksi di Imperial College London mengatakan, "Studi ini tidak membuktikan bahwa pil kontrasepsi memainkan peran apa pun dalam pengembangan depresi. Namun, kita tahu hormon memainkan peran yang sangat penting dalam mengatur perilaku manusia."
Dr Ali Kubba, anggota dari Royal College of Obstetricians and Gynaecologists (RCOG) menambahkan, "Ada bukti klinis yang menunjukkan kontrasepsi hormonal dapat memberikan dampak suasana hati terhadap beberapa wanita, namun, dari penelitian ini tidak ada cara yang menghubungkan sebab-akibat. Oleh karena itu penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memeriksa depresi sebagai efek negatif dari penggunaan kontrasepsi hormonal."
Kubba juga menyampaikan bahwa wanita tidak harus khawatir terhadap penelitian ini, sebab semua wanita akan mengalami reaksi yang berbeda terhadap kontrasepsi yang digunakan.
"Ada berbagai metode kontrasepsi yang ditawarkan, termasuk pil KB, implan, suntikan, alat kontrasepsi dalam rahim, dan cincin vagina dan oleh karena itu kami menyarankan perempuan untuk mendiskusikan pilihan mereka dengan dokter, agar mereka dapat membahas kemungkinan yang terjadi, efek samping, dan keputusan yang tepat dalam memilih kontrasepsi yang paling cocok," tandasnya.