WHO: Virus Zika Akan Menyebar di Jepang dan Australia

Infeksi akibat virus Zika diperkirakan akan tetap menyebar di Asia, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan.

oleh Tassa Marita Fitradayanti diperbarui 12 Okt 2016, 10:30 WIB
Diterbitkan 12 Okt 2016, 10:30 WIB
20161004-Virus-Zika-AS-Reuters
Ilmuwan Dan Galperin memegang botol yang ditandai "Zika" pada pengembangan vaksin virus Zika berdasarkan produksi variasi rekombinan dari protein E dari virus Zika di Protein Sciences Inc., Meriden, (20/6). (REUTERS/Mike Segar)

Liputan6.com, Jakarta Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan, infeksi akibat virus Zika diperkirakan akan tetap menyebar di Asia.

Bahkan sudah ada ratusan kasus virus Zika yang telah dilaporkan di Singapura, sementara dua kasus Zika terkait mikrosefali telah dikonfirmasi Thailand, seperti dilansir dari Timeslive, Rabu (12/10/2016).

“Virus nyamuk (Zika) telah terdeteksi di 70 negara di seluruh dunia, termasuk setidaknya 19 negara di kawasan Asia Pasifik,” ujar direktur WHO untuk keamanan kesehatan dan keadaan darurat, Li Ailan.

Laporan dari WHO yang dirilis pada pertemuan regional tahunan di Manila, Senin (10/10/2016), dikatakan bahwa virus itu sangat mungkin untuk lebih menyebar ke beberapa wilayah Asia, yang mencakup Tiongkok, Jepang, Australia, sebagian besar negara-negara Asia Tenggara, dan kepulauan Pasifik. Oleh karena itu, sangat mungkin bahwa wilayah tersebut akan terus melaporkan kasus baru dan mungkin wabah Zika yang baru.

Ini karena binatang pembawa virus Zika, yaitu nyamuk Aedes, secara luas ditemukan di wilayah tersebut, serta adanya volume wisata yang tinggi. Selain itu, masih adanya ketidakpastian tentang tingkat kekebalan tubuh pada populasi regional, laporan menambahkan.

Direktur WHO, Margaret Chan, mengatakan bahwa para pemimpin di wilayah tersebut telah menyatakan kekhawatiran mereka atas wabah ini. Namun para ahli masih bergulat mencari cara-cara untuk mengatasi momok dan penderitaan.

“Sayangnya, para ilmuwan belum memiliki jawaban atas berbagai pertanyaan kritis yang diajukan,” ujarnya.

Li juga mengatakan sulit untuk menentukan apakah suatu individu telah terinfeksi saat mereka sedang berada di luar negeri, besarnya populasi nyamuk di wilayah tersebut, serta perjalanan lintas negara juga menjadi faktor potensial.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya