Terungkap, Perbedaan Virus Zika di Indonesia dan Brasil

Ternyata, virus Zika di Asia, khususnya di Indonesia, berbeda dengan Zika di negara Brasil.

oleh Tassa Marita Fitradayanti diperbarui 14 Okt 2016, 06:15 WIB
Diterbitkan 14 Okt 2016, 06:15 WIB
Virus Zika
Ilustrasi Foto Virus Zika (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Banyak laporan kasus infeksi virus Zika di Brasil yang menyatakan bahwa korbannya, khususnya bayi, menderita cacat saat dilahirkan oleh sang ibu.

Namun ternyata, gejala serta dampak virus Zika di Asia, khususnya di Indonesia, berbeda dengan Zika di negara Brasil yang umumnya disertai dengan kondisi cacat saat lahir atau yang lebih dikenal dengan istilah mikrosefali.

Menurut Direktur Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Amin Subandrio W. Kusumo, laporan kasus Zika di Indonesia sudah ada sejak tahun 1980-an, tepatnya di Klaten, Jawa Tengah.

Namun hingga kasus terbaru di tahun 2015 yang terjadi pada seorang pria muda di Jambi, tidak pernah ada laporan yang menunjukkan adanya gejala-gejala lain seperti halnya di Brasil.

“Laporan dari Jambi dan kasus-kasus dahulu tidak ada laporan apa-apa sih. Sejauh ini tidak pernah dikaitkan dengan mikrosefali dan gangguan saraf lainnya,” ujar Amin yang juga merupakan Guru Besar Ilmu Mikrobiologi Klinik di Fakultas kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), saat dihubungi oleh Health-Liputan6.com, Rabu 12 Oktober 2016, ditulis Jumat, (14/10/2016).

Hal ini diperkirakan karena virus Zika yang berada di Brasil dan di sekitar Amerika Selatan, sudah bermutasi, sehingga menyebabkan munculnya kelainan-kelainan lain, seperti mikrosefali atau sindrom Guillain-Barré

“Jadi kalo dilihat dari sejarahnya, virus Zika itu kan 1947 dari Afrika kemudian ke Asia. Nah dari Asia ke Brasil atau ke Amerika Selatan itu butuh waktu 40 tahunan, dan mungkin virusnya sudah mengalami mutasi, sudah berubah,” tuturnya.

Ia menambahkan, "Jadi karena sudah bermutasi beberapa kali, sehingga kemudian dia (Zika) menyebabkan kelainan-kelainan lain seperti mikrosefali, Guillain-Barré, dan sebagainya. Mutasi terjadi karena berbagai faktor ya, kan mutasi itu terjadi secara random.”

Hal ini pun membuat virus Zika yang berada di Asia, sudah berumur lebih tua dibandingkan dengan virus Zika yang baru-baru saja terjadi di Brasil.

“Jadi kalau kita lihat dari analisisnya, memang virus Zika yang ada di Asia termasuk di Indonesia ini, bisa dibilang memang lebih tua dari virus yang ada di Brasil.”

Namun jika virus Zika yang berasal dari Brasil memasuki Indonesia, maka menurut Amin dampaknya mungkin bisa saja sama seperti yang terjadi di negara Brasil, seperti contohnya satu kasus di Singapura yang warganya membawa virus Zika dari Brasil.

"Kecuali, kalau virus yang ada di Brasil itu menyebar ke sini dan ke Asia Tenggara, kemungkinan semuanya bisa sama (dampaknya)," jelasnya.

Sehingga penting sekali upaya pencegahan, baik dilakukan oleh pemerintah maupun masyarakat se-Indonesia.

Ia menyarankan, agar pemerintah dan masyarakat melakukan pengendalian populasi nyamuk, melakukan gerakan 3M (menutup, menguras, dan mengubur), hingga tidak membuang sampah sembarangan. 

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya