Tak Lagi Nekat, Orang Tua Sudah Malas Ambil Risiko

Orang yang usianya tergolong tua lebih takut ambil risiko dan memilih tidak nekat layaknya anak muda.

oleh Adanti Pradita diperbarui 15 Des 2016, 11:00 WIB
Diterbitkan 15 Des 2016, 11:00 WIB
Ilustrasi wanita berumur
Jiwa nekat seseorang diketahui menurun seiring dengan bertambahnya usia.

Liputan6.com, Jakarta Seperti yang kerap disampaikan oleh orangtua kepada anaknya, usia yang kian bertambah akan membuatnya lebih dewasa dan bijak dalam mengambil keputusan.

Pesan tersebut seringkali menjadi sebuah peringatan dari orangtua kepada anaknya yang gemar melakukan hal berisiko tinggi atau tergolong nekat.

Tidak bisa dipungkiri bahwa ketika masih berusia muda, seseorang cenderung lebih berani melakukan hal yang memicu adrenalinnya, bahkan mengancam keselamatan jiwanya.

Contoh paling umum diantaranya adalah, naik wahana roller coaster berulang kali, kemudian aksi kebut-kebutan motor atau mobil di jalan, lalu berperilaku dan berkata kasar seenak hati ketika sedang kesal.

Saat masih muda, umumnya kita enggan mempertimbangkan suatu hal terlebih dahulu. Pasalnya kita lebih memilih menjalankan dulu baru menilai enak atau tidaknya. Tapi penilaian tersebut pun tidak sepenuhnya benar, karena segala sesuatu yang enak belum tentu baik bagi diri kita

Mereka kemungkinan besar tidak mempermasalahkan dampaknya ketika perut menjadi mual dan muntah-muntah akibat naik wahana roller coaster terus-menerus; tidak pula memikirkan keselamatan dirinya dan orang di sekitar ketika menancap gas motor atau mobil sampai batas maksimum lantaran pikirannya hanya terpaku pada satu misi yaitu membuat dirinya terlihat seperti pembalap kelas kakap.

Begitu juga ketika berkelahi, keindahan estetika seperti tak ada maknanya dan yang dianggap penting adalah status menjadi jagoan.

Kenekatan anak muda terjadi hampir dalam semua aspek. Tidak hanya yang bersifat sesekali saja seperti menaiki wahana, tetapi juga dalam hal-hal seperti masalah pengeluaran uang, pemilihan pertemanan, menyelesaikan ujian, menanggapi konflik, situasi adu mulut dan masih banyak lagi.

Hampir semua keputusan mereka seputar hal-hal tersebut dikendalikan oleh emosi dan hawa nafsu yang jika dikombinasikan menjadi fatal dan berpotensi kuat menjadi sumber timbulnya jiwa nekat pada anak muda.

Kenekatan berkurang secara alami

Tapi sebetulnya kenekatan anak muda tidak selalu harus dicemaskan sebegitunya. Kenapa? Melansir Live Science, Rabu (14/12/2016), Sejumlah ilmuwan dari Yale University dan New York University belum lama ini membuktikan lewat risetnya, ternyata jiwa nekat itu lambat laun akan hilang atau pudar dengan sendirinya seiring dengan bertambahnya usia mereka.

Penelitian yang melibatkan peserta dalam jumlah besar dengan kisaran usia dari 18 hingga 88 tahun ini menunjukan, orang yang usianya sudah tua tidak memiliki gray matter atau jaringan penghubung abu-abu di bagian otak sebanyak mereka yang usianya masih muda.

Gray matter adalah komponen utama sistem saraf pusat otak yang fungsinya adalah memproses sekaligus menganalisa informasi yang diterima oleh semua alat indera manusia.

Para ilmuwan awalnya masih mengira bahwa pengalaman atau pembelajaran dari masa lalulah yang jadi pemicu seseorang untuk berpikir dua kali.

Kemudian pengetahuan lebih luas akan dampak kesehatan fisik dan mental juga diyakini menjadi pemicu utamanya menyusutnya keberanian orang tua untuk mengambil risiko.

Akan tetapi, penganalisaan lebih lanjut menggunakan teknik scan otak Vocel-based Morphometry uniknya membuktikan bahwa, menurunnya jumlah gray matter pada otaklah yang menjadi faktor dominan pemicu rasa takut berlebih mengambil risiko.

Intinya, keberadaan gray matter mendukung jiwa nekat seseorang, sementara mengurangnya jaringan saraf dalam otak tersebut perlahan-lahan membunuh percaya diri atau kenekatan melakukan dan mengambil keputusan berisiko tinggi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya