Liputan6.com, Depok, Jawa Barat Suka pekerjaan yang memerlukan lebih banyak tenaga dibandingkan pekerjaan yang fokus pada pikiran.
Motto itulah yang dimiliki Tita Puspitasari, 37 tahun, seorang terapis spa bambu kelahiran Bogor. Tatkala berhadapan dengan tamu, wajahnya jadi lebih cerah. Kepribadian tamu yang datang dapat terlihat dari mata Tita.
Advertisement
Baca Juga
Profesi terapis yang digeluti Tita penuh perjuangan. Ia menempuh pelatihan spa selama delapan bulan di Gaya Spa Wolter Monginsidi. Dalam perjalanan pelatihannya, ia tidak langsung mempraktikkan massage dan menangani tamu, melainkan belajar soal seluk-beluk spa, dari arti spa dan fungsi spa.
Selanjutnya, ia belajar anatomi tubuh dan produk spa. Setelah menguasai pembelajaran, Tita bersama rekan terapis yang menjalani pelatihan saling mempraktikkan teori yang diperoleh.
Lulus teori dan praktik, ia baru diizinkan menangani tamu langsung. Ia mengakui awam saat pertama kali mengikuti pelatihan spa.
"Tadinya saya sempat putus asa. Kok kerjanya jadi pijat? Tapi trainer saya bilang bukan pijat, melainkan spa. Setelah saya mengikuti latihan, lama-lama betah juga. Ilmu yang diperoleh luar biasa dan hebat karena bisa belajar anatomi tubuh," tutur Tita. Gemelut hatinya yang ingin keluar dari pelatihan batal dilakukan.
Ia semakin semangat bekerja. Hal ini didukung tipe Tita yang suka bekerja menggunakan tenaga. Pekerjaan yang membutuhkan kerja otak lebih banyak kurang disukainya.
Kalau bekerja dengan pikiran akan kepikiran terus dan tidak bisa tidur, katanya saat berbincang dengan Health-Liputan6.com di Bambu Slimming Beauty Care Spa di Jalan Margonda Raya Nomor 489, Depok, Jawa Barat pada Selasa (13/12/2016).
Belajar sifat orang
Belajar sifat orang
Tita beranggapan kerja di spa membuat seseorang kian eksis. Sebuah prestise berharga bekerja di spa. Pengalaman menarik dari keseharian menangani tamu menjadi pembelajaran kehidupan. Bertemu dengan tamu membuat dirinya kenal lebih banyak orang.
"Dari kenal orang, saya jadi tahu sifat orang. Apakah suasana hatinya lagi bagus atau orangnya bersahabat. Ada saja tamu yang tanya soal saya belajar pijat darimana. Tapi saya jawab seperlunya juga. Saya juga belajar menghadapi tamu agar lebih sopan," kata Tita.
Bertanya ke tamu hanya seputar pijatan dan massage saja, misal pijatannya sudah kencang atau ingin lebih dikuatkan.
Bahkan melontarkan pertanyaan pun harus melihat kondisi tamu, sebaiknya bertanya saat tamu lagi berbaring. Hindari bertanya saat tamu sedang telungkup.
"Kalau telungkup takut tamunya lagi tidur. Saya juga bilang, kalau kurang puas dengan pelayanan bisa mengatakannya. Jangan sungkan-sungkan buat bilang. Ya, takutnya kan bilang enak di depan saja, di belakang mungkin beda komentarnya," katanya.
Advertisement
Kunci kerja di spa
Kunci kerja di spa
Tak sembarangan bekerja di spa, terapis membutuhkan keterampilan dan sikap (attitude) yang baik. Tita mengemukakan kunci bekerja di spa. Pertama, bekerja dengan tenaga. Tenaga yang dibutuhkan harus maksimum.
Kalau terapis sedang sakit sebaiknya permintaan melayani tamu dibatalkan dulu. Solusi lainnya, tamu dilayani terapis lainnya. Hal ini dikarenakan tenaga yang dikeluarkan tidak maksimum dan hasil terapi kurang memuaskan.
Kedua, kerja harus dilandasi keikhlasan. Di mata Tita, tamu yang datang ke spa membutuhkan suasana relaks. Permasalahan yang dimiliki tamu di rumah maupun tempat kerja membuat beban pikiran tersendiri. Untuk itu, pelayanan yang diberikan ke tamu harus baik dan ikhlas.
Ketiga, hindari mengajukan pertanyaan yang mengganggu tamu. Sebaiknya tidak menanyakan pertanyaan pribadi, kalau tamu bertanya soal masalah pribadi dapat dialihkan ke topik pembicaraan lain. Misal, bertanya produk spa apa yang dipakai atau pernah melakukan spa di mana saja.
"Pokoknya, jangan bertanya yang aneh-aneh dan bersifat pribadi. Di spa diajarkan attitude kepada tamu. Jadi, jangan sampai kita mengganggu suasana hati tamu," lanjut Tita.
Uniknya spa bambu
Uniknya spa bambu
Lokasi kerjanya yang kini dijalani di Bambu Slimming Beauty Care Spa membawa memorinya saat pertama kali masuk ke spa bambu. Tita menilai spa bambu berbeda dengan spa lain.
"Saya pindah kerja ke sini karena unik pakai bambu. Hasil massage lebih maksimal dan di spa lain tidak ada yang pakai bambu. Di tempat lain lebih banyak spa tangan.Kalau bambu ya jarang dan sepertinya baru ada di sini saja (Depok)," ucap Tita sambil tersenyum.
Pengetahuan soal khasiat bambu, yang mampu menghantarkan panas dan mengikat ion negatif baru ia pelajari di Bambu Slimming Beauty Care Spa.
"Ada tamu yang masuk angin. Dia datang ke sini dan diterapi bambu. Kata dia pakai bambu lebih enak dan masuk anginnya hilang. Bahkan banyak juga orang Korea dan orang Malaysia yang lakukan spa bambu. Mereka sampai bertanya, beli bambu di mana, katanya mau dibawa ke sana (Malaysia)," tawa Tita.
Tamu yang Tita tangani tidak semua diterapi pakai bambu. Hal ini melihat postur tubuh tamu. Tamu yang kurus akan sakit bila melakukan terapi bambu. Tamu bisa disarankan melakukan terapi lainnya, seperti pijat javanese.
Advertisement
Buka spa sendiri
Buka spa sendiri
Kini, Tita sudah dua tahun bekerja di Bambu Slimming Beauty Care Spa. Suasana kerja begitu nyaman. Ia pun betah.
"Kerja di sini rasa kekeluargaan, kekompakkan, dan solidaritasnya tinggi. Dan kita harus ikhlas bekerja untuk melayani tamu," ucapnya.
Harapan dan kesukaan Tita pada spa membuat dirinya tertarik membuka spa bambu sendiri."Saya ingin buka spa bambu sendiri. Tapi sampai saat ini belum bisa terealisasikan.
Kelak, kalau ada rezeki, semoga bisa terwujud harapan saya. Yang terpenting, saat ini saya senang bekerja di sini," tutupnya.