Liputan6.com, Jakarta Masih ingat kisah Malin Kundang yang bercerita mengenai anak durhaka yang berubah menjadi batu? Di Bangladesh ada kisah serupa. Meski bukan mengenai anak durhaka, namun ada seorang anak yang memiliki kondisi aneh lantaran tubuhnya berubah menjadi batu.
Mahendi Hasan yang berusia delapan tahun itu dijauhi masyarakat. Bocah itu tidak pernah menyangka kondisinya semakin memburuk. Selain wajahnya, hampir seluruh sisi kulitnya menebal, bersisik dan terasa menyakitkan untuk menyentuh atau disentuh. Warna kulit tubuhnya juga berubah menjadi abu-abu seperti batu.
Baca Juga
Mehendi merupakan anak ketiga yang lahir sehat di desa Dona Raninagar, Bangladesh. Ketika ia berusia 12 hari, ayahnya melihat ruam kecil di bagian tubuhnya. Ketika itu, mereka mengabaikannya karena berpikir itu adalah gigitan nyamuk, tetapi ruam itu ternyata menyebar dari tumitnya ke perut dan dalam waktu tiga bulan, kulit jari-jarinya, dada dan punggung mulai tebal dan bersisik.
Advertisement
Hal ini membuat neneknya geram. Dia sangat membenci ibu Mehendi. Menurutnya, sang ibu telah merengut masa kecil cucu kesayangannya itu. Namun ibunya mengatakan tidak bisa berbuat apa-apa karena ia telah mencoba membawa anaknya ke dokter dan tidak ada yang bisa mendiagnosis penyakitnya.
"Kami telah mencoba membawanya ke dokter. Segala bentuk obat-obatan untuk menyembuhkan Mehendi sudah dicoba, tapi tidak ada yang bisa mengendalikan penyakitnya. Kami putus asa dan memutuskan menghentikan pengobatannya karena uang kami telah habis," kata ayahnya, Abul Kalam Azad, seperti dimuat Daily Mail, Jumat (3/2/2017).
Dokter percaya kasus Mehendi sebenarnya cukup memprihatinkan, namun mereka masih tidak mengetahui pasti kondisi apa ini, apa yang menyebabkannya dan apakah ada obat yang bisa menyembuhkannya.
"Dia dibawa ke kami untuk pengobatan. Pasien menderita penyakit kulit langka. Sulit untuk mengatakan apa yang terjadi padanya. Kami juga telah merujuk ke spesialis kulit terkenal," ujar Dokter anak Dr Mohammad Emdadul Haque.
Dengan kondisinya tersebut, Mahendi tidak memiliki teman bermain apalagi sekolah karena semua teman dan gurunya kerap ketakutan.
"Saya telah mendaftarkan ke sekolah tapi ia dipukuli oleh anak-anak lain. Suatu hari dia pulang menangis dan mengatakan ia diserang di sekolah," kata ibunya, Jahanara.
Ibunya berharap, suatu saat nanti pemerintah bisa menolong anaknya yang selalu meringis kesakitan.