Leukemia Jadi Kanker Tertinggi di Indonesia yang Diderita Anak

Leukemia menjadi kanker yang menempati urutan pertama yang diderita anak-anak di Indonesia.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 02 Feb 2017, 13:40 WIB
Diterbitkan 02 Feb 2017, 13:40 WIB
Leukemia pada Anak
Leukemia pada anak menduduki peringkat teratas kematian. (Ilustrasi: Everyday Family)

Liputan6.com, Jakarta Seperti halnya orang dewasa, anak-anak juga berisiko terkena kanker. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, sekitar 16.291 anak terkena kanker dalam rentang usia nol sampai 14 tahun. Leukemia menempati urutan teratas dari kasus kanker pada anak antara usia nol sampai 17 tahun.

Menurut ahli kanker anak Prof dr Djajadiman Gatot, jumlah anak yang menderita kanker hanya berkisar 3 sampai 4 persen dari jumlah kanker pada manusia secara keseluruhan. Dari persentase tersebut, dua pertiga anak menderita leukemia.

"Sebenarnya, kanker pada anak timbul tidak terduga. Misal, anak yang baru dilahirkan atau anak yang amat dinanti-nantikan setelah bertahun-tahun orangtuanya menikah ternyata kena kanker. Ini akan membuat dampak yang cukup besar di keluarganya," kata dokter Djajadiman dalam presentasi singkatnya dalam rangka peringatan Hari Kanker Sedunia 2017 di Kementerian Kesehatan RI, Jakarta Selatan, Rabu (1/2/2017).

Untuk mencegah munculnya leukemia, sebaiknya orangtua harus memerhatikan gejala leukemia yang sering terjadi pada anak.

Gejala-gejala leukemia berupa wajah pucat, demam tanpa sebab dan berlangsung berhari-hari, pendarahan pada kulit, badan lesu, dan berat badan turun.

"Deteksi dini juga berlaku pada anak, apa saja penyebabnya, bagaimana kanker akan berkembang jika tidak segera ditangani, stadium berapa yang diderita anak. Kalau deteksi dini dan pemeriksaan lebih cepat, kemungkinan anak sembuh lebih besar dibanding orang dewasa," jelas dokter Djajadiman.

Dalam kasus yang ditangani dokter Djajadiman, anak-anak yang menderita leukemia sudah banyak yang sembuh.

"Bahkan ada pasien yang dulu saya tangani masih anak-anak, sekarang dia sudah dewasa. Pernah ada yang datang untuk meminta saya jadi saksi pernikahannya," ungkap dokter Djajadiman haru.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya