Murid SMP Korban Diskriminasi Guru Terancam Malas Kuliah Nantinya

Guru SMP yang suka mendiskriminasi berdasarkan ras membuat murid lebih enggan lanjutkan jenjang pendidikan ke tingkat universitas.

oleh Adanti Pradita diperbarui 09 Feb 2017, 15:30 WIB
Diterbitkan 09 Feb 2017, 15:30 WIB
Diskriminasi
Guru SMP yang suka mendiskriminasi berdasarkan ras membuat murid lebih enggan lanjutkan jenjang pendidikan ke tingkat universitas. (sumber: Everyday Feminism)

Liputan6.com, Jakarta Isu diskriminasi ras semakin marak dibicarakan publik dan semakin sering dialami oleh anak-anak khususnya yang duduk di bangku SMP. Kendati sudah menjadi topik yang hangat diperbincangkan di tengah masyarakat, namun pengetahuan mereka soal pelaku diskriminasinya masih samar-samar.

Kebanyakan akan berpikir bahwa aksi diskriminasi lebih sering dilakukan oleh seorang anak ke anak lainnya. Tetapi faktanya, sebetulnya justru mereka yang bekerja untuk menyajikan jasa pelayanan masyarakat seperti polisi lalu yang berada di ranah pendidikan seperti gurulah yang sayangnya lebih sering menjadi pelaku diskriminasi.

Penelitian yang dilakukan sekelompok peneliti di University of Texas, Austin, AS menemukan fakta bahwa murid SMP yang sering didiskriminasi guru karena ras atau kulitnya dipandang sebagai golongan minoritas kemungkinan besar lebih memilih untuk tidak melanjutkan jenjang pendidikannya ke tingkat universitas.

Menurut pemimpin dari penelitian tersebut, David Yeager, keputusan anak untuk tidak lanjut kuliah bukan dampak langsung dari perlakuan buruk guru terhadapnya semasa SMP. Namun yang membuatnya enggan dan trauma adalah ketidakpercayaan yang kadarnya begitu besar terhadap guru.

“Temuan penelitian kami menunjukan bukan aksi diskriminasi yang membuat murid tak mau masuk kuliah, tapi efek dari aksi diskriminasi itu yang pahitnya dirasakan hari demi hari olehnya,” tuturnya saat diwawancarai Reuters, mengutip Kamis (9/2/2017).

Hilangnya kepercayaan

Jadi, aksi diskriminasi guru terhadapnya memang menyayat hati, tetapi yang membuatnya malas lanjut ke jenjang universitas adalah ketidakpercayaan terhadap guru dan pengajar pada umumnya.

“Pengalaman buruk semasa SMP dibeda-bedakan oleh sang guru pasalnya membuat kepercayaan murid terhadap semua sosok pelajar dan sistem pendidikan itu sendiri menurun drastis,” lanjut Yeager.

Perlakuan guru yang dianggap murid tidak adil membuatnya memukul rata semua sosok pengajar dan menganggap semua itu akan memperlakukannya dengan metode yang sama yaitu, membeda-bedakan.

Terlebih, menurunnya kepercayaan murid terhadap sistem pendidikan membuat motivasi belajarnya ikut menurun.

“Sekalinya kepercayaan terhadap sistem pendidikan hilang, ia akan menganggap sekolah dan pendidikan itu tidak ada nilainya. Ia akan kehilangan motivasi untuk belajar, berusaha dan raih kesuksesan dalam hidup,” tambahnya.

Hilangnya kepercayaan murid terhadap pengajar dan sistem pendidikan ditandai dengan penurunan nilai di setiap ujian, sering membuat masalah di sekolah, jarang masuk dan keberanian menantang guru di dalam kelas.

Hal ini semua dibuktikan melalui penelitian yang melibatkan hampir 500 murid SMP keturunan Afrika-Amerika dan Latin Amerika di dua sekolah berada dalam wilayah AS. Hasil penelitian tersebut telah diterbitkan dalam jurnal Child Development.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya