Mesti Calon Gubernur DKI Jakarta Berbeda, Jangan Sampai Musuhan

Akal sehat menyadarkan kita bahwa masing-masing dari kita punya hak menjagokan calon gubernur DKI Jakarta yang berbeda.

oleh Aditya Eka Prawira diperbarui 10 Feb 2017, 19:55 WIB
Diterbitkan 10 Feb 2017, 19:55 WIB
Calon Gubernur DKI Jakarta
Akal sehat menyadarkan kita bahwa masing-masing dari kita punya hak menjagokan calon gubernur DKI Jakarta yang berbeda.

Liputan6.com, Jakarta Hanya gara-gara menjagokan calon gubernur DKI Jakarta yang berbeda, tak sedikit dari kita "musuhan" dengan keluarga atau teman sendiri. Masing-masing merasa jagoannya paling layak memimpin Ibu Kota. sementara yang lain dianggap tidak punya kemampuan yang mampuni.

"Kita harus menggunakan akal sehat bahwa setiap orang punya hak buat memilih. Dengan menggunakan akal sehat, kita bisa fokus pada argumen yang sifatnya rasional, dan mengabaikan yang sifatnya emosional," kata psikolog Dra Ratih Ibrahim MM Psi saat dihubungi Health-Liputan6.com pada Jumat (10/2/2017)

Akal sehat juga dapat dipakai untuk mencerna semua informasi yang datang bertubi-tubi. Apakah benar atau malah itu hoax. Pun sebaliknya, kita jangan asal mengirim semua informasi yang belum tentu kebenarannya.

"Kalau mereka mulai mengajukan data-data, kembali lagi, kita gunakan akal sehat, data itu hoax atau bukan. Kalau sudah tahu hoax, jangan di-share, jangan pula dipakai buat ngompor-ngomporin," kata Ratih menambahkan.

Lebih lanjut Ratih mengatakan, akal sehat yang kita punya pada akhirnya menyadarkan bahwa kita adalah keluarga, kita adalah teman, dan jangan sampai gara-gara pilihan calon gubernur DKI Jakarta yang berbeda, sampai jadi musuh.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya