Liputan6.com, Jakarta Bagi sebagian orang, gigit kuku biasa dilakukan untuk mengatasi rasa cemas atau stres yang berlebihan. Kini diketahui, bahwa orang yang biasa menggigit kuku kemungkinan besar adalah sosok perfeksionis.
Fakta ini diketahui lewat studi terhadap 48 orang yang setengah di antaranya memiliki gangguan body-focused repetitive (salah satunya kebiasaan gigit kuku). Setelah dianalisis, diketahui bahwa orang dengan gangguan tersebut cenderung perfeksionis. Ditandai dengan ciri senang keteraturan, bekerja berlebihan, merencanakan sesuatu sampai detail, tapi cepat frustrasi.
Lalu, partisipan dilibatkan dalam empat situasi yang berbeda yakni stres, frustrasi, bosan, dan nyaman. Hasilnya, ketika orang dengan gangguan body-focused repetitive ditempatkan pada tiga situasi pertama mereka cenderung menggigit kuku.
Advertisement
"Kami meyakini individu dengan body-focused repetitive ini orang perfeksionis. Mereka tidak bisa rileks dan mengerjakan sesuatu dengan kecepatan biasa," kata penulis studi yang dipublikasikan Journal of Behavior Therapy and Experimental Psychiatry, Kieron O'Connor.
"Ketika tidak berhasil mencapai tujuan, mereka cenderung frustrasi, tidak sabar dan tidak puas. Untuk menangani perasaan negatif itu biasanya mereka menggigit kuku," kata O'Connor lagi mengutip Reader's Digest, Senin (10/7/2017).
Apakah kondisi ini terjadi pada Anda? Jika iya, perlu diketahui bahwa kebiasaan gigit kuku terlalu dalam, membuat kulit di bawah kuku terluka dan bahkan sampai berdarah. Kondisi ini tentu membuat bakteri atau patogen di dalam mulut serta lingkungan luar mudah masuk, yang berakibat pada infeksi.
Â
Â
Â
Saksikan juga video menarik berikut:
Â