Jangan Lengah, Black Friday Bisa Picu Serangan Jantung

Kehebohan berbelanja saat Black Friday ternyata bisa picu berbagai penyakit, seperti serangan jantung dan diabetes.

oleh Nilam Suri diperbarui 24 Nov 2017, 13:00 WIB
Diterbitkan 24 Nov 2017, 13:00 WIB
[Bintang] Black Friday
Kehebohan berbelanja saat Black Friday ternyata bisa picu berbagai penyakit, seperti serangan jantung dan diabetes. (wareable.com)

Liputan6.com, Jakarta Tradisi Black Friday dimulai dari Amerika Serikat. Black Friday adalah hari Jumat setelah Thanksgiving, yang dirayakan pada hari Kamis terakhir di bulan November.

Sejak 1952, Black Friday juga dijadikan sebagai pembuka musim belanja Natal di Negeri Paman Sam tersebut. Inilah kenapa, kemudian hari Jumat ini dirayakan dengan diskon besar-besar di berbagai toko.

Diskon yang ditawarkan pada Black Friday ini memang tak tanggung-tanggung. Berbagai barang dijual dengan harga murah, yang membuat orang berbondong-bondong berbelanja, memenuhi berbagai pusat perbelanjaan.

Sayangnya, walau bisa membeli berbagai barang dengan harga murah, Black Friday juga bisa menjadi pengalaman yang menegangkan.

Mengutip Express, Jumat (24/11/2017), Dr. Rupert Crichley, dokter dan pendiri dari VIVA Skin Clinics, tradisi ini bisa meningkatkan tekanan darah pada banyak orang.

Tekanan darah tinggi tidak bisa disepelekan. Kondisi ini bisa jadi "pembuka jalan" bagi berbagai penyakit, termasuk serangan jantung dan stroke.

Rasa cemas dan tegang menanti diskon menit-menit terakhir saat Black Friday bisa memicu pelepasan hormon kortisol, menurut dokter yang lain, Dr. Sam Rodgers.

Saksikan juga video menarik berikut ini: 

 

Picu berbagai penyakit

Dikenal sebagai Hari Belanja, Begini Sejarah Black Friday
Ilustrasi Black Friday (Adam Hunger/AP Images for Target)

"Stres bisa menyehatkan, dan kortisol membantu kita menjaga memori dan menghadapi stres jangka pendek," ujar Rodgers. "Jumlah kortisol yang berlebihan dalam waktu lama bisa menyebabkan peningkatan berat badan, dan bisa mempengaruhi kadar gula darah. Hal ini bisa menyebabkan diabetes."

Belum lagi, tingginya kortisol dalam tubuh bisa mendorong kita untuk lebih berani mengambil risiko lanjutan. Misalnya sehubungan Black Friday, mengambil risiko bisa berarti menghabiskan lebih banyak uang atau nekat meminjam uang, agar bisa terus berbelanja. Yang pada akhirnya, bikin pelakunya makin stres, dan makin memproduksi kortisol, jelas Rodgers lagi.

Tak hanya itu, stres saat Black Firday juga bisa berujung pada hipertensi (tekanan darah tinggi), ujar Critchley.

"Toko yang terlalu penuh, macet, antrean panjang, semua ini bisa menaikkan tekanan darah," jelasnya.

Selain itu, menghabiskan terlalu banyak uang terhadap penawaran terbatas yang muncul saat Black Friday bisa meningkatkan utang konsumen. Punya utang sering dihubungkan dengan depresi, gejala cemas, sariawan, sampai rusaknya sistem imun, tambah Critchley.

Tetap Sehat

Black Friday di Amerika
Ilustrasi Black Friday (Adam Hunger/AP Images for Target)

Namun semua efek buruk ini bukan berarti Anda tidak boleh berbelanja saat Black Friday dan menikmati segala diskon yang ditawarkan. Pastikan saja Anda tahu cara paling aman untuk melakukannya.

Saat berbelanja, pastikan tubuh tidak dehidrasi. Bawa air minum sendiri agar tubuh tidak kekurangan cairan.

Selain itu, jangan lupa juga untuk cukup tidur pada malam sebelumnya. Karena segala antrian dan keramaian itu pasti akan menguras energi.

Berolahraga sebelum dan setelah berbelanja juga bisa membantu melepaskan stres.

"Olahraga membantu tubuh melepaskan hormon endorfin yang akan membuat Anda merasa lebih baik dan lebih santai," ujar Chris Magee, Kepala Bidang Yoga dari Another Space.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya