Liputan6.com, Jakarta Di lama Facebook Jalansutra tokoh kuliner Indonesia Bondan Winarno yang meninggal karena sakit jantung mengungkapkan rahasia yang selama ini tidak pernah diungkapkannya ke publik tentang sakitnya selain komunitas.
Baca Juga
Rahasia ini juga diungkap dalam email terakhir di Milis Jalansutra pada 7 Oktober 2017. Sang 'Kepala Suku' begitu biasa Bondan dipanggil para anggota milis berkisah. Berikut ceritanya.
Advertisement
Mohon maaf bila selama beberapa hari ini saya menyembunyikan sebuah rahasia besar dari Anda semua. Saya ceritakan sejak latar belakangnya.
1. Tahun 2005, dalam penerbangan SIN-JKT (dari Singapura ke Jakarta), saya merasakan ujung-ujung jari tangan kanan baal alias kesemutan. Begitu mendarat di Cengkareng, saya telepon minta nasihat pada dokter Sindhiarta Mulya. Dia menyarankan agar saya segera menuju rumah sakit dekat rumah untuk menjalani pemeriksaan MRI (Magnetic Resonance Imaging). Karena waktu itu saya masih tinggal di Bintaro, saya langsung ke RS Premier Bintaro. Ternyata dokter Sindhi sudah menunggu. Setelah MRI, saya (Bondan Winarno) disarankan menjalani observasi di RS Premier Bintaro selama 3 hari. Kesimpulannya, saya mengalami cardiologist strongly suspected atau penyumbatan arteri jantung dan harus menjalani kateterisasi sesegera mungkin. In contrary, ahli saraf di rumah sakit yang sama mengatakan bahwa yang saya alami sama sekali bukanlah penyakit jantung.
2. Saya mencari second opinion di RSPI (Rumah Sakit Pondok Indah). Kesimpulannya sama, ahli jantung bilang saya harus segera menjalani kateterisasi. Neurologist atau ahli saraf RSPI juga bilang bahwa itu bukan masalah jantung.
3. Dalam kebimbangan, saya tidak menjalani kateterisasi. Saya hanya minum Plavix ( pil pengencer darah) untuk menghindari penyumbatan arteri.
Nyaris pingsan
4. Setahun setelah minum Plavix terus-menerus, saya nyaris pingsan di rumah Yohan Handoyo setelah minum wines dan makan steak masakan Adi Taroe. Untung rumah Yohan di Bogor itu dekat dengan Ruma Sakit Azra. Dokter jaga yang berpengalaman menemukan diagnosa adanya tekanan darah terlalu rendah karena darah terlalu encer.
5. Sejak saat itu saya (Bondan Winarno) periksa ke HSC Medical Center Kuala Lumpur untuk menjalani cek rutin tahunan. Di sana dikonfirmasi dengan MSCT (Multi-Slice Computed Tomography) bahwa saya memang tidak mengidap penyakit jantung.
6. April 2015, sewaktu Annual Medex di HSC Kuala Lumpur, ditemukan dilatasi (penggembungan) pada aorta pada tahap awal. Dalam bahasa medis, penyakit ini disebut aorta aneurysm. Menurut dokter Soo, tiap tahun perlu diawasi apakah membesar dan perlu tindakan operasi. Katanya, saya seperti membawa bom waktu yang setiap saat bisa pecah dan mematikan saya. Dr. Soo juga mengaku bahwa dia bukan ahlinya di bidang aneurysm. Bila perlu pembedahan, dia harus mengundang dokter bedah dari Jepang. Biaya diperkirakan Rp 600-700 juta.
Advertisement
Tidak memuaskan
7. April 2016, saya sudah janjian dengan dokter Soo di HSC. Tapi pas hari itu justru dia dilarikan ke rumah sakit untuk menjalani operasi. Tim dokter yang menangani tidak memuaskan saya dalam memberi info tentang aneurysm yang saya alami.
8. April 2017, saya janjian lagi untuk konsultasi dengan dokter Soo. Eh, ternyata dia mendadak sakit. Saya langsung jalan-jalan ke tempat adik saya di Penang. Di sana saya mengalami semacam pencerahan. "Kenapa saya pasrahkan masalah kesehatan saya kepada orang yang bukan ahlinya?" dr. Soo adalah salah satu ahli kateter di Asia, tapi bukan ahli aneurysm. Saya segera komunikasi dengan dr. Sindhi yang langsung membanjiri saya dengan berbagai info bagus dan penting. Saya putuskan mengikuti saran dokter Sindhi.
9. Juli 2017, saya jalan-jalan seharian dengan dr. Sindhi di sekitar Tangerang, diakhiri dengan makan siang kuliner Betawi di Mpok Kuni. Ternyata dr. Sindhi mengantar saya ke Rumah Sakit Siloam Karawaci dan sudah membuat janjian untuk ketemu dr. Iwan Dakota, ahli vaskuler, adik Kapolri Tito Karnavian. Saya bahkan disambut oleh Dirut RS Siloam Karawaci, sahabat dr. Sindhi.
Aorta bocor
10. Dalam pemeriksaan dr. Iwan, setelah memeriksa hasil medical record terakhir di HSC KL, hanya dengan stetoskop, dr. Iwan menemukan masalah lain, katup aorta saya bocor. Saya diminta segera ke Pusat Jantung Nasional Harapan Kita keesokan harinya untuk menjalani pemeriksaan echocardiogram. Dalam pemeriksaan echo di Harapan Kita, 65% terbukti katup aorta saya bocor. Saya kemudian menjalani TEE (endoscopy) untuk mendapatkan 90% konfirmasi. Demikianlah, dalam waktu singkat tim dokter menemukan kelainan lain yang perlu segera ditangani.
11. Dr. Iwan membawa saya kepada tim bedahnya, Dr. Dicky Alighiery Hartono, ahli bedah vaskular lulusan Korsel. Ini adalah pembedahan paling berat, rumit, dan sulit, berlangsung 5-6 jam. "Mumpung Pak Bondan sedang fit, kita lakukan segera, ya?"
12. 27 September 2017 pagi saya menjalani 2 operasi sekaligus, penggantian katup aorta dan penggantian aorta yang nengalami dilatasi. Operasi berlangsung selama 5 jam dan dinyatakan berhasil. Saya siuman di ICU sore hari dan dirawat selama 24 jam di ICU. Dari ICU saya dipindah ke Intermediary Ward.
Advertisement
Miracle
13. Normalnya, bila operasi berhasil, 24 jam sesudah di Intermediary Ward, maka akan dipindahkan ke kamar perawatan biasa. Dalam operasi besat seperti yang saya alami, ada 2 hantu komplikasi, 1. perdarahan, 2. aritmia (denyut jantung tidak beraturan). Saya terbebas dari perdarahan. Tapi, Sabtu dini hari saya kejang-kejang saat tidur. Ternyata saya mengalami komplikasi aritmia. Saya dipasangi TPM (Temporary PaceMaker) sambil dimonitor penyebabnya (biasanya karena peradangan).
14. Untuk aritmia ini, saya ditangani Dr. Dicky Hanafy, lulusan Jerman. Karena setelah 72 jam tidak tampak ada kemajuan dari TPM, Selasa siang Dr. Dicky memutuskan memasang TPM lain di pangkal paha. Terus terang, saya ketakutan.
15. Miracle happens. Keajaiban terjadi. Selasa malam, ketika perawat sedang mempersiapkan saya untuk didorong ke kamar operasi, tiba-tiba denyut nadi saya berirama kembali. Operasi dibatalkan. Saya lega setengah mati.
16. Demikianlah, kejadian demi kejadian telah saya alami. Untuk sementara saya belum dapat dijenguk di Intermediary Ward. Tapi, bila keadaan membaik, Jumat ini saya akan dipindah ke kamar perawatan. Tempatnya terlalu kecil untuk Anda bila menjenguk.
Karena itu, sambil geer akan banyak yang menjenguk, saya sudah mengatur tempat di Lobby Wisma Fits, di dalam kompleks RSIB dan Penyakit Jantung Nasional Harapan Kita untuk 1 sesi bezoeksutra Minggu, 8 Oktober pukul 13-15 untuk 10 orang.
Mohon mendaftar untuk mengatur kunjungan. Di luar waktu tersebut, mohon maaf, tidak dapat saya terima. Mohon doa Anda semua agar pemulihan saya tuntas dan lancar.
Salam, Bondan Winarno
Saksikan video berikut ini: