Liputan6.com, Jakarta Kondisi kantor atau tempat kerja memang tidak selalu menyenangkan. Tekanan pekerjaan, konflik dengan atasan atau teman sejawat, bisa memicu emosi, bahkan amarah.
"Teman kerja tidak selalu berlaku seperti yang Anda inginkan, dan situasi juga tidak melulu berlangsung seperti yang Anda mau," ujar Alexandra Levit, konsultan tempat kerja dan salah satu anggota Badan Penasihat Karier di DeVry University.
Baca Juga
Namun, dia juga menekankan, walau bagaimana pun, tetaplah penting untuk bisa selalu tenang dan menjaga reputasi Anda. Untungnya, ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengontrol emosi dan amarah di tempat kerja, seperti melansir Health, Rabu (5/12/2017):
Advertisement
1. Ambil waktu
Beberapa menit saja sudah bisa membantu menenangkan darah Anda yang mendidih. Coba bilang, "Saya harus ke kamar mandi dan akan bicara lagi dengan Anda setelah beberapa menit." Bahkan, walaupun Anda sedang ada dalam rapat.
"Akan lebih baik untuk meninggalkan ruangan dan terlihat aneh, dibanding tetap berada di sana tapi kehilangan kontrol diri," ujar Levit.
Kehilangan kontrol adalah risiko yang tidak bisa Anda ambil, ujar Brad Bushman, PhD, seorang profesor komunikasi dan psikologi di The Ohio State University.
"Orang yang marah gampang dipancing, dan ketika mereka terpancing, mereka bisa mengatakan atau melakukan sesuatu yang akan disesali nantinya," ujar Bushman.
Setelah Anda meninggalkan lokasi kejadian, teleponlah teman untuk curhat, saran Levit. Atau Anda bisa juga menghitung--secara perlahan--di angka berapa pun yang Anda butuhkan untuk bisa kembali menenangkan diri.
Lalu kembalilah ke ruangan tadi. Situasinya mungkin masih sama, tapi setidaknya emosi Anda sudah lebih stabil.
Mengamuk atau meledak marah di tempat kerja tidak pernah memiliki efek positif. "Bahkan walaupun Anda adalah pihak yang benar, tidak akan ada orang yang ingat hal itu. Semuanya hanya akan ingat Anda berteriak," lanjut Levit.
Saksikan juga video menarik berikut ini:
Â
2. Kenali pemicu
Gretchen Rubin, penulis The Happiness Project, merekomendasikan untuk melakukan refleksi diri. Tujuannya untuk mencari tahu, apa yang membakar amarah Anda.
"Apakah karena pekerjaan Anda tidak berarti? Atau karena Anda tidak bisa menyelesaikan semua tugas? Atau karena Anda punya konflik dengan rekan kerja?" ujarnya.
Ketika Anda bisa mengantisipasi kemarahan, Anda juga bisa melatih cara mengendalikannya, ujar Levit. Sebagai contoh, Anda bisa membayangkan jika bos memarahi Anda di depan orang banyak. Di depan kaca, latihlah bagaimana Anda akan merespons hal itu.
Cari tahu juga apa pemicu yang bisa membuat Anda stres. "Stres bisa berujung pada kemarahan, yang bisa membuat Anda lepas kontrol," Levit menekankan.
Jadi, jika Anda tahu tenggat waktu yang ketat bisa memicu stres, cobalah untuk mengatur jadwal dengan lebih baik.
Advertisement
3. Cari positifnya
Ketika harapan Anda tidak tercapai, cobalah ubah kondisi itu supaya jadi tidak terlalu menyakitkan. Alih-alih berpikir seharusnya begini seharusnya begitu, ubah cara berpikir Anda.
Mulailah dengan menjabarkan bagaimana Anda ingin kejadian itu berlangsung, lalu sebutkan hal-hal yang Anda sukai dari pekerjaan Anda.
Misalnya: Aku akan suka jika teman-teman kerjanya melakukan ini dan ini. Akan tetapi, karena mereka tidak, aku harus mengingat aku punya pekerjaan yang bagus/gajinya bagus/aku suka apa yang aku lakukan/aku suka membuat perubahan. Jadi, aku akan mencari cara agar bisa melalui hal ini.
Orang yang bisa mengubah situasi negatif jadi positif biasanya disukai dan dihargai di tempat kerja.