Anak-anak Asmat Cacingan, Perilaku Hidup Bersih Perlu Didorong

Setelah pencabutan status KLB Campak di Asmat, penyesuaian perilaku hidup bersih dan sehat perlu didorong.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 07 Feb 2018, 10:00 WIB
Diterbitkan 07 Feb 2018, 10:00 WIB
Miris, Begini Kondisi Anak-Anak Asmat yang Dilanda Gizi Buruk dan Wabah Campak
Tim medis dari satuan tugas militer Indonesia memeriksa seorang pasien di rumah sakit setempat di Agats, Asmat, provinsi Papua Barat (26/1). (AFP/Bay Ismoyo)

Liputan6.com, Jakarta Penyesuaian perilaku hidup bersih menjadi salah satu fokus utama yang disorot setelah pencabutan status Kejadian Luar Biasa (KLB) Campak dan gizi buruk di Asmat, Papua pada 5 Februari 2018.

Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) yang perlu diedukasi terus menerus, seperti kebiasaan cuci tangan dan memotong kuku. Masyarakat juga perlu disosialisasikan bagaimana memilih jenis makanan layak dan sehat dikonsumsi.

“Kita harus terus menyadarkan mereka agar dapat melakukan PHBS dan perumahan bersih. Karena 80-90 persen anak-anak Asmat juga mengalami kecacingan,” ungkap Direktur RSUD Agats Riechard R Mirino seperti dikutip dari rilis yang diterima Health Liputan6.com, ditulis Rabu (7/2/2018).

Riechard juga berharap, ada tim tenaga kesehatan yang berkeliling ke Puskesmas dan tinggal di distrik untuk tetap memantau kesehatan masyarakat di Asmat. Cara ini agar pasien gizi buruk dalam kondisi parah dapat dirujuk cepat.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Dorong asupan nutrisi

Miris, Begini Kondisi Anak-Anak Asmat yang Dilanda Gizi Buruk dan Wabah Campak
Sepasang suami istri menemani anak mereka yang sedang dirawat di klinik setempat di desa Ayam distrik Asmat, di provinsi Papua Barat (26/1). Jumlah tersebut terhitung sejak September 2017 hingga 24 Januari 2018. (AFP/Bay Ismoyo)

Tak hanya edukasi perilaku hidup, pemulihan kesehatan juga didorong dengan perubahan asupan nutrisi masyarakat Asmat.

Hal ini dikarenakan gizi buruk menjadi pemicu terjadinya komplikasi yang kerap dialami, seperti malaria dan pneumonia (radang paru-paru).

Pasien yang dirawat di RSUD Agats dan sudah sembuh dapat kembali ke kampung masing-masing. Saat kembali ke kampung, pasien tersebut harus tetap berkoordinasi dengan tenaga kesehatan di wilayah kerja Puskesmas.

“Nama-nama pasien kami berikan dan mereka (tenaga kesehatan puskesmas setempat) dapat mengintervensi gizi plus memberi bantuan kepada anak sakit berupa paket bahan makanan,” tambah Riechard.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya