Liputan6.com, Jakarta Wabah virus nipah (NiV) pertama kali ditemukan terjadi di Kampung Sungai Nipah, Malaysia, pada September 1998 sampai Mei 1999. Tercatat 265 kasus manusia yang terjangkit dengan virus nipah dengan 105 kasus kematian.
Baca Juga
Advertisement
Farida Camallia Zenal dari National Technical Advisor Surveillance, FAO ECTAD Indonesia memaparkan soal wabah virus nipah di Malaysia.
"Virus nipah awalnya tidak ditemukan pada manusia. Setelah diselidiki lebih lanjut, virus nipah juga tidak ada pada babi. Hal itu sempat menjadi pertanyaan, virus nipah masuk tubuh manusia setelah makan daging babi," kata Farida dalam acara "Workshop Journalist Protecting Lives dan Livelihoods" di Hotel Salak The Heritage, Bogor, Jawa Barat, ditulis Senin (12/3/2018).
Dari data Centers for Disease Control and Prevention, infeksi virus nipah dikaitkan dengan ensefalitis (radang otak). Masa inkubasi selama 5 sampai 14 hari. Gejala yang dialami berupa demam selama 3 sampai 14 hari dan sakit kepala.
Gejala nipah diikuti rasa kantuk, disorientasi (gangguan orientasi, seperti tidak tahu-menahu tentang jam, hari, bulan dan tahun), dan mental yang kacau. Jika tidak ditangani lebih lanjut, pasien bisa koma dalam waktu 24-48 jam.
Beberapa pasien yang terkena virus nipah juga menderita penyakit pernapasan akibat infeksi. Setengah pasien menunjukkan gangguan neurologis (penyakit saraf) parah juga menderita penyakit paru-paru.
Simak video menarik berikut ini:
Ditularkan dari Kelelawar Buah
Selama wabah penyakit nipah pada tahun 1998-1999, ada 265 pasien terinfeksi virus tersebut. Sekitar 40 persen pasien yang masuk rumah sakit dengan penyakit saraf parah meninggal dunia akibat terinfeksi virus nipah.
Kondisi yang dialami pasien dalam jangka panjang yakni kejang-kejang dan perubahan kepribadian yang terus-menerus, menurut CDC. Kematian akibat infeksi virus nipah juga bisa berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun setelah terpapar.
Penelitian lebih lanjut pun mengungkap penyebab asal mula virus nipah. Virus tersebut berasal dari kelelawar.
"Di dalam virus nipah ternyata sel-selnya sama dengan yang dimiliki kelelawar," jelas Farida.
Virus nipah terkandung dalam air kencing dan air liur kelelawar buah (fruitbats) yang terbang di Malaysia. Kelelawar buah dari jenis pteropus hypomelanus dan petropus vampyrus inilah yang menjadi sumber penularan virus nipah.
Advertisement
Perantara melalui Babi
Penularan virus nipah dari kelelawar ke manusia di Malaysia ternyata tidak langsung dari kelelawar, melainkan lewat babi. Dalam hal ini, babi sebagai perantara.
"Jadi, kelelawar buah kan menyedot sari buah. Buah yang dipilih juga buah yang sudah cukup matang. Buah yang disedot sarinya tidak seluruhnya habis. Nah, sisa buah itu jatuh ke tanah, lalu dimakan babi," Farida melanjutkan.
Babi lalu dikonsumsi masyarakat. Daging babi yang dimakan sudah terkontaminasi virus nipah. Ketika dimakan manusia, maka virus nipah masuk ke tubuh manusia.
Tidak ada pengobatan khusus untuk infeksi virus nipah. Pengobatannya sebagian besar fokus pada penanganan demam dan gejala gangguan saraf yang menyertainya. Selama wabah virus nipah di Malaysia, pengobatan menggunakan antivirus.
Sesuai laporan International Journal of Livestock Research. Ribavirin, obat antivirus yang digunakan mengatasi infeksi virus nipah bekerja efektif. Obat ini dapat mengurangi gejala mual, muntah, dan kejang. Untuk pengobatan infeksi virus nipah, perlu penelitian lebih lanjut terutama dalam pengembangan obat-obatan yang nantinya dapat direkomendasikan pada manusia maupun hewan yang terinfeksi virus nipah.
Migrasi Kelelawar Buah
Dari kasus virus nipah, ada faktor utama, yang membuat kelelawar buah mencari makan di Kampung Sungai Nipah. Ini karena migrasi kelelawar buah dari hutan ke kebun buah maupun peternakan yang dibudidayakan.
Sepanjang tahun 1997-1998 di Indonesia terjadi kebakaran hutan dan kekeringan karena pengaruh El Nino-- fenomena perubahan iklim secara global dengan memanasnya suhu permukaan air laut Pasifik bagian timur, menurut situs Polygeia. Itulah yang menyebabkan akhirnya kelelawar buah melakukan migrasi.
Ada juga pengaruh antropogenik, yakni pencemaran yang terjadi karena ulah manusia, seperti aktivitas transportasi, industri, dan pembakaran sampah.
Selain di Malaysia, wabah virus nipah juga terjadi di Bangladesh pada 2004. Manusia yang terinfeksi virus nipah dari mengonsumsi kurma, yang terkontaminasi langsung dari kelelawar buah (tanpa perantara).
Advertisement