Liputan6.com, Jakarta Berdasarkan penelitian terbaru, konsumsi antibiotik melonjak di seluruh dunia, khususnya di negara-negara yang berpenghasilan rendah dan menengah. Ini terjadi dalam kurun waktu 15 tahun, dari tahun 2000 sampai 2015.
Baca Juga
Advertisement
Penggunaan antibiotik per orang meningkat sebesar 39 persen, berdasarkan sampel dari 76 negara. Jumlah dosis yang dikonsumsi pun naik sebesar 65 persen. Hasil studi soal penggunaan antibiotik yang meningkat ini dirilis dalam Prosiding National Academy of Sciences, Senin, 26 Maret lalu.
Melansir laman Philly, Rabu (28/3/2018), peneliti mencatat, lima negara teratas di dunia yang paling banyak konsumsi antibiotik.
Pada tahun 2000, konsumsi antibiotik tertinggi terjadi di negara-negara berpenghasilan tinggi, yakni Prancis, Selandia Baru, Spanyol, Hong Kong, dan Amerika Serikat. Pencatatan menggunakan data penjualan dari perusahaan riset global IQVIA.
Pada tahun 2015, konsumsi antibiotik terjadi di negara-negara berpenghasilan rendah atau menengah, yaitu India, Tiongkok, Turki, Brasil, dan Vietnam.
Simak video menarik berikut ini:
Timbulkan resistensi antibiotik
Penggunaan antibiotik sebaiknya diatur dengan baik. Meskipun antibiotik mungkin efektif melawan organisme yang menyebabkan penyakit, antibiotik juga bisa membunuh bakteri lain.
Jika penggunaannya dihentikan sebelum dosis habis, akan ada bakteri yang tersisa. Bakteri yang tidak terbunuh ini akan resisten (tahan) terhadap efek antibiotik, yang memungkinkan mereka berkembang biak.
"Setiap penggunaan antibiotik mengarah pada resistensi," kata peneliti Temple Gallagher. “Jika Anda mengonsumsi amoxicillin untuk mengobati infeksi, maka bakteri di usus bisa tidak mempan terhadap antibiotik."
Untuk itu, perlu tindakan pencegahan sebagai cara alternatif mengurangi konsumsi antibiotik.
“Seiring dengan pertumbuhan (pendapatan per kapita) suatu negara, negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah menggunakan antibiotik lebih banyak. Kita perlu mengurangi konsumsi antibiotik secara global, tapi melakukannya dengan cara yang aman dan efektif tetap memungkinkan mereka mendapatkan antibiotik,” peneliti Eili Y Klein.
Advertisement
Kurangi konsumsi antibiotik
Di Amerika Serikat, penggunaan antibiotik mulai perlahan-lahan dikurangi. Contohnya, pasien yang sakit demam atau sesak paru-paru tidak dianjurkan lagi mengonsumsi antibiotik.
Dari 3,3 miliar dosis antibiotik tahun 2015 relatif makin menurun pada capaian 28,2 dosis per 1.000 penduduk AS setiap harinya di tahun yang sama.
Penurunan tersebut dipengaruhi munculnya "superbug"--bakteri yang mengembangkan resistensi terhadap obat-obatan antibiotik.