Liputan6.com, Jakarta Ketua Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia Drs Nurul Falah, Apt, mengungkapkan keprihatinan terhadap kasus resistensi antibiotik yang dianggap tinggi. Hal ini tidak hanya terjadi di Indonesia, tapi juga di dunia.
Hal itu disampaikan dalam acara pembukaan workshop mengenai peningkatan pelayanan kefarmasian dalam pengendalian resistensi antimikroba dengan tema Apoteker Ikut Atasi Masalah Resistensi Antimikroba yang diselenggarakan pada Selasa (14/11/2017) di gedung Kementerian Kesehatan, Jakarta Selatan.
Baca Juga
"Kami merasa prihatin karena masalah resistensi antibiotik sudah menjadi satu hal yang mendunia. Hal ini terjadi karena penggunaan antibiotik yang tidak tepat," kata Nurul.
Advertisement
Nurul menjelaskan, ada beberapa hal yang menyebabkan tingginya kasus resistensi bakteri, yaitu penggunaan secara berlebihan, tidak sesuai indikasi, kurangnya pemahaman masyarakat, serta mudahnya akses mendapatkan antibiotik.
Untuk itu, ke depannya dia berharap agar apoteker meningkatkan peranannya untuk mengedukasi pasien tentang penggunaan antibiotik secara tepat serta tidak melayani pembelian antibiotik tanpa resep dokter. Jadi, untuk bisa beli antibiotik, pasien harus punya resepnya.
Â
Saksikan video menarik berikut :
Â
Apoteker harus hadir di apotek
Nurul juga menekankan pentingnya peran apoteker untuk hadir di apotek saat menjalani tugas kefarmasian. Bahkan, Nurul mengimbau kepada masyarakat untuk tidak membeli obat di apotek yang tidak ada apotekernya.
"Tugas apoteker itu mengkaji resep, melayani dan memberikan informasi terkait obat yang diresepkan serta memonitor efek samping obat. Selain itu, untuk mengontrol penggunaan antibiotik, seharusnya apoteker mengisi patient medication report," lanjut dia.
Hal ini dilakukan agar dapat mengontrol penggunaan antibiotik secara tepat. Nurul juga mengimbau kepada apoteker agar memberikan penjelasan kepada pasien mengenai bahaya resistensi antibiotik jika ada pasien yang memaksa membeli antibiotik tanpa resep dokter.
"Apoteker bisa memberikan pemahaman kepada pasien, bahwa penggunaan antibiotik itu hanya untuk penyakit yang disebabkan bakteri. Karena saat ini masyarakat dikit-dikit pakai antibiotik, yang dikhawatirkan kalau sudah resisten justru tidak bisa diobati dengan antibiotik," kata Nurul.
Dia menekankan, resistensi terhadap antibiotik bisa membahayakan seseorang terutama ketika jatuh sakit. "Orang yang resisten akan sulit diobati karena bakterinya sudah kebal. Hal ini akan lebih parah jika sudah tidak mempan dengan segala jenis antibiotik," pungkasnya.
Advertisement