Cara Warga Jepang Hadapi Gempa yang Datang Nyaris Setiap Hari

Sama halnya dengan Indonesia, Jepang juga negara rawan gempa. Bahkan, bisa dikatakan gempa seperti 'makanan sehari-hari'.

oleh Benedikta Desideria diperbarui 07 Agu 2018, 14:00 WIB
Diterbitkan 07 Agu 2018, 14:00 WIB
Dampak Kerusakan Akibat Gempa 6,1 SR di Osaka
Puing-puing dinding berserakan setelah gempa bumi menghantam Ibaraki, Osaka, Jepang, Senin (18/6). Episentrum gempa berada di bagian utara prefektur Osaka pada kedalaman 13 km, kata badan meteorologi Jepang. (Yosuke Mizuno / Kyodo News via AP)

 

Liputan6.com, Jakarta Baru seminggu diguncang gempa 6,4 skala Richter (SR), Lombok, Nusa Tenggara Barat kembali dilanda gempa dengan kekuatan yang lebih besar 7,0 SR. Hingga Senin (6/8/2016) sore data BNPB menunjukkan 98 orang meninggal dunia dan lebih dari 200 orang luka akibat gempa.

"Sebagian besar korban meninggal karena tertimpa bangunan yang roboh," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho dalam konferensi pers Senin (6/8/2018) siang.

Sama halnya dengan Indonesia, Jepang juga negara rawan gempa. Bahkan, hampir setiap minggu Negeri Sakura itu digoyang gempa.

"Bicara soal gempa, di sini sudah seperti 'makanan sehari-hari'. Peringatan akan gempa, boleh dikatakan hampir setiap hari muncul di layar TV," kata Andreas Hermawan yang sudah 22 tahun tinggal di Shizouka, Jepang saat berbincang dengan Liputan6.com lewat pesan teks.

Hal senada pun diungkapkan Sigit yang 5 tahun terakhir tinggal di Tokyo. Gempa-gempa dengan goncangan kecil hampir setiap hari dirasakan pria yang bekerja di sebuah media internasional ini.

 

Sistem peringatan bencana baik

Dampak Kerusakan Akibat Gempa 6,1 SR di Osaka
Pelajar sekolah berlindung di halaman sekolah di Ikeda, Osaka, Jepang, Senin (18/6). Tidak ada peringatan tsunami yang dikeluarkan terkait gempa bumi yang melanda Osaka. (Takaki Yajima/Kyodo News via AP)

Pemerintah Jepang sadar, bahwa mereka tinggal di daerah rawan gempa, sehingga langkah-langkah menghadapi bencana sangat diperlukan. Baik Andreas maupun Sigit kompak mengatakan sistem peringatan bencana (gempa, tsunami, kebakaran) yang dimiliki Jepang sudah baik. 

Berdasarkan pengalamannya tinggal puluhan tahun di Jepang, Andreas menuturkan, operator seluler turut berpartisipasi memberikan peringatan dini di daerah yang akan diperkirakan terkena dampak gempa. "Peringatan bukan setelah gempa, tapi beberapa detik sebelum gempa," kata Andreas.

Sigit juga pernah mengalami gempa agak besar beberapa waktu lalu. Saat itu ia sedang berada di kantor, sesaat sebelum gempa, tiba-tiba ia kaget karena seluruh ponsel rekan kerjanya berbunyi tanda ada gempa.

"Saya ingat, ada gempa yang lumayan besar, saya lupa berapa skalanya, yang pasti kencang. Saya ingat betul saat itu seluruh HP orang yang selantai dengan saya saat itu bunyi," kata saat dihubungi lewat telepon. 

Tak hanya HP, Sigit mengatakan perangkat elektronik lain seperti TV dan laptop mengeluarkan nada bunyi atau semacam alarm bila ada bencana. 

Selain itu, pria yang bekerja di bidang media ini juga memiliki aplikasi yang bakal memberi tanda bila akan terjadi gempa. 

Pengeras suara berfungsi baik

Di beberapa titik di Shizouka, terdapat pengeras suara yang bakal berbunyi bila ada bencana, termasuk gempa. Setiap hari, kata Andreas, pengeras suara tersebut dicek dengan menyiarkan tanda setiap jam 7.30 dan 16.30. Dengan rutin mengecek, bakal diketahui apakah pengeras suara tersebut bekerja dengan baik atau tidak. 

Bagi Andreas, kehadiran pengeras suara ini amat membantu mengingat daerah tinggalnya landai dan tidak jauh dari laut. "Jadi, kalau ada gempa, selalu waspada akan tsunami," katanya.

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya