Pesan Menag pada Santri: Gunakan Media Sosial untuk Sebarkan Kedamaian

Dalam rangkaian acara Hari Santri 2018, Menteri Agama berpesan agar para santri di Indonesia menggunakan media sosial untuk menebarkan kedamaian

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 04 Sep 2018, 10:00 WIB
Diterbitkan 04 Sep 2018, 10:00 WIB
Seorang santri memakaikan peci atau kopyah kepada Ganjar Pranowo saat kunjungan ke pesantren El Bayan, Majenang, Cilacap. (Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Seorang santri memakaikan peci atau kopyah kepada Ganjar Pranowo saat kunjungan ke pesantren El Bayan, Majenang, Cilacap. (Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Jakarta Media sosial harus dimanfaatkan kaum santri di Tanah Air untuk menebarkan kedamaian kepada siapapun dan di manapun. Pernyataan tersebut diungkapkan oleh Menteri Agama dalam rangka menyambut Hari Santri yang akan jatuh pada 22 Oktober mendatang.

"Sering kali muncul di ranah sosial media hal-hal yang berpotensi memecah belah kita. Santri harus terpanggil memanfaatkan sosial media untuk senantiasa menebarkan kedamaian kepada siapapun, di manapun dan kapanpun," ujar Menag Lukman Hakim di Kantor Kemenag, Jalan Lapangan Banteng Barat 3-4 Jakarta seperti dikutip dari laman resmi Kementerian Komunikasi dan Informatika, Kominfo.go.id pada Selasa (4/9/2018).

Dalam kesempatan tersebut, Menag Lukman Hakim juga mengatakan, ada tiga kepentingan yang ingin dicapai seseorang ketika menggunakan media sosial. Yang pertama adalah ingin mendapatkan ilmu dan informasi.

"Itu penting karena sosial media bisa menjadikan banyak tahu hal," katanya.

Kepentingan kedua adalah untuk menebarkan pemikiran. Lebih jauh lagi, media sosial bisa menjadi tempat untuk mengartikulasikan pikiran dan yang ketiga adalah untuk hiburan.

Menag mengatakan, santri dalam pengertian luas adalah mereka yang merupakan umat Muslim, yang memiliki basis pengetahuan memadai dan memiliki cara berpikir terbuka dan menebarkan ajaran Islam dalam mewujudkan kedamaian di tengah kehidupan.

"Ciri dari santri yang paling utama adalah mereka yang cinta tanah air dengan berlandaskan agama. Santri memiliki sejarah resolusi jihad, tidak semata hanya membela kepentingan pesantren atau kaum santri tapi lebih luas dari itu adalah cintanya kepada tanah air, " ujar Menag.

Simak juga video menarik berikut ini:

 

Hari Santri 2018

Gempa Lombok
Ribuan santri Pondok Pesantren Riyadlus Sholihin, Kelurahan Ketapang, Kecamatan Kademangan, Kota Probolinggo, Jawa Timur, melaksanakan salat gaib bagi korban gempa Lombok. (Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Hari Santri 2018 sendiri jatuh pada 22 Oktober mendatang dengan mengusung tema Bersama Santri Damailah Negeri. Malam puncaknya akan dilaksanakan pada 21 Oktober dengan dihadiri Presiden Joko Widodo di Lapangan Gasibu, Bandung.

Acara ini juga akan diisi oleh renungan bersama Menag Lukman Hakim Saifuddin, tausiyah kebangsaan oleh Habib Jindan bin Novel Jindan, penampilan Sabyan Gambus dan orkestra santri di Bandung, Jawa Barat.

Menag menyatakan, peringatan ini bisa dimaknai secara khusus di mana santri tidak hanya mereka yang merupakan lulusan pondok pesantren, namun juga umat Islam yang memiliki basis keilmuan memadai dan memiliki daya pikir terbuka, serta menyebarkan agama Islam dalam rangka mendamaikan dan menjadi rahmatan lil alamin.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya