Liputan6.com, Jakarta Bio Farma kembali mengekspor vaksin ke negara-negara berkembang. Adapun hasil penjualan pada 2018 mencapai 71,6 dolar Amerika Serikat.
Vaksin yang diekspor pada bulan September hingga Desember oleh Bio Farma terdiri dari vaksin polio, campak, TT, DTP, dan Td. Beberapa negara yang memesan vaksin dari Indonesia antara lain: Pakistan, Afganistan, Sudan, Maroko, dan negara-negara lainnya.
Baca Juga
"Hampir setiap minggu kami memiliki kegiatan pengiriman ekspor, masih banyak negara berkembang yang memerlukan vaksin produk Bio Farma," ujar Direktur Pemasaran Sri Harsi Teteki ketika melepas pemasaran lepas ekspor vaksin Polio (BOPV 20ds) untuk pengiriman ke Papua Nugini pada Jumat (21/9/2018).
Advertisement
Teki mengatakan, pengiriman tersebut merupakan pemenuhan komitmen ekspor bulan September senilai sekitar USD 12 juta dari target 2018 senilai USD 71,6 juta.
Teki menambahkan, selain produk akhir vaksin yang didistribusikan melalui lembaga internasional UNICEF, PAHO, Bio Farma juga melakukan ekspor dalam bentuk bulk vaksin atau produk intermediate yang nantinya akan diformulasi dan dikemas menjadi produk akhir vaksin.
Beberapa produsen yang membeli bulk antara lain produsen vaksin di India, perusahaan di Belgia, Turki, Mexico, Mesir, Thailand, Filipina, dan beberapa negara lain.
"Jenis bulk yang diekspor seperti bulk Polio, Tetanus, Difteri, Pertusis, dan Campak, " ujar Teki.Â
Â
Â
Dikualifikasi oleh WHO
Bio Farma sendiri merupakan satu dari sekitar 30 produsen vaksin yang sudah dikualifikasi oleh Organisasi Kesehatan Dunia. Selain itu, Bio Farma juga merupakan rujukan bagi produsen vaksin di negara-negara Islam.
Direktur Utama M. Rahman Roestan mengatakan, pihaknya berupaya memperhatikan aspek kemandirian khususnya untuk bahan baku produk vaksin.
"Kami terus meningkatkan tingkat komponen dalam negeri agar tercipta kemandirian produk vaksin nasional. Termasuk tantangan kami dalam memasuki negara tujuan ekspor yang memiliki risiko ekonomi, risiko politik, dan risiko infrastruktur," Rahman menambahkan.
Apalagi menurut Rahman, produk vaksin memerlukan penanganan khusus mulai dari vaksin dikirim dari pabrik sampai tiba ke pelanggan, harus dengan suhu
Advertisement