Liputan6.com, Jakarta Rasa gemas yang mendadak muncul setiap kali melihat bayi atau hewan imut rupanya bisa dijelaskan secara ilmiah.
Para peneliti di Yale University menyebut fenomena itu dengan cute aggression atau serbuan menggemaskan. Mereka meneliti cara kerja otak dari 52 partisipan melalui elektrofisiologi. Hasilnya, orang memiliki reaksi kuat terhadap hewan atapun manusia dengan fitur kekanak-kanakan.
"Para peneliti di yale semula menemukan bahwa orang lebih merasakan serbuan rasa gemas ketika melihat bayi hewan dibandingkan hewan dewasa," ujar Katherine Stavropoulos, profesor bidang edukasi spesial di University of California.
Advertisement
"Tapi lebih jauh lagi, rupanya orang merasakan serbuan rasa gemas lebih besar ketika melihat foto bayi manusia yang secara digital telah dikembangkan menjadi terlihat lebih kekanak-kanakan, seperti misalnya dengan mata, pipi, serta dahi lebih lebar," lanjutnya.
Melansir laman New York Post, Sabtu (8/12/2018), studi tersebut melihat bahwa para responden merasa lebih gemas dan ingin melindungi bayi hewan ketimbang hewan dewasa yang tampak tak terlalu menggemaskan.
Menurut Stavropoulos, serangan gemas--perasaan tak berdaya karena sesuatu begitu menggemaskan--berlaku sebagai fungsi evolusi.
"Misalnya, bila Anda merasa tak berdaya karena seorang bayi begitu menggemaskan sehingga tak mampu mengurusnya, maka bayi itu akan kelaparan," jelasnya.
"Serangan gemas itu berfungsi sebagai mekanisme yang memastikan kita untuk berfungsi dan mengurus sesuatu yang kita anggap sangat menggemaskan," tandas Stavropoulos.