58 Warga Sidoarjo Usia Anak hingga Orang Tua Kena DBD

Di Sidoarjo, pasien DBD didominasi usia anak dan dewasa.

oleh Dian Kurniawan diperbarui 07 Feb 2019, 18:00 WIB
Diterbitkan 07 Feb 2019, 18:00 WIB
Demam Berdarah Dengue (DBD)
Pasien DBD (Foto: Dian Kurniawan/ Liputan6.com)

Liputan6.com, Sidoarjo Data satu bulan terakhir ada 58 kasus demam berdarah dengue (DBD) di Sidoarjo, Jawa Timur.  

"Sebenarnya laporan kasus DBD itu banyak, tapi setelah diidentifikasi ada sekitar 58 kasus sejak Januari 2019," ujar Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kabupaten Sidoarjo, dr. M. Atho'illah ditulis Kamis (7/2/2019).

Jumlah kasus DBD, kata Atho'illah, berhasil diidentifikasi berdasarkan penyelidikan epidemiologi (PE) yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran terhadap suatu masalah kesehatan atau penyakit secara detail.

"Penderitanya hampir menyeluruh. Mulai dari usia anak-anak, remaja hingga dewasa," katanya.

Dari jumlah kasus DBD yang ada, penderita usia balita yakni 1-5 tahun berjumlah 6 kasus, usia 6 hingga 14 tahun berjumlah 26 kasus dan usia 15 sampai 50 tahun berjumlah 26 kasus. Jumlah ini lebih banyak dibandingkan jumlah kasus DBD pada Januari 2018 lalu.

Selain curah hujan yang tinggi, ada beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya nyamuk pembawa virus dengue ini meningkat. Seperti, banyaknya air penampungan, genangan yang dasarnya bukan dari tanah, bak mandi, kolam ikan, tong bekas, dan kaleng yang tak tertutup.

"Ditempat-tempat itulah nyamuk Aedes aegypti berkembang," terangnya.

 

 

Saksikan juga video menarik berikut

29 orang rawat inap

20160209-Pasien DBD-Depok-Yoppy Renato
Ilustrasi Pasien DBD rawat inap. (Liputan6.com/Yoppy Renato)

Direktur RSUD Sidoarjo, dr Atok Irawan menambahkan hingga saat ini jumlah penderita DBD yang masih dirawat inap berjumlah 29 orang. Di dalamnya ada 25 orang masuk dalam daftar dewasa, sisanya penderita kalangan anak-anak.

"Itu jumlah hari ini, karena sebagian besar sudah ada yang pulang," kata dr. Atok Irawan.

Pihaknya akan terus mengintensifkan penanganan terhadap penderita DBD, mengingat curah hujan saat ini mudah menyebabkan orang lain terjangkit virus DBD.

Berantas sarang nyamuk

Pemberantasan sarang nyamuk atau PSN dinilai lebih efektif mencegah DBD dibanding pengasapan atau Fogging. (Foto: Liputan6.com/Humas Pemkab Banyumas/Muhamad Ridlo)
Pemberantasan sarang nyamuk atau PSN dinilai lebih efektif mencegah DBD dibanding pengasapan atau Fogging. (Foto: Liputan6.com/Humas Pemkab Banyumas/Muhamad Ridlo)

Gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) merupakan solusi efektif untuk menekan kasus DBD. Maka dari itu pastikan ada satu juru pemantau jentik (jumantik) di rumah kita.

"Minimal ada gerakan satu rumah satu jumantik dalam pemberantasan sarang nyamuk. Jadi, banjir bukan penyebab utama tapi soal kebersihan," kata Atho'illah

Gerakan PSN, lanjutnya, bisa dilakukan dengan cara mencegah terjadinya wabah DBD dengan 3M Plus yakni menutup, menguras, mengubur tempat penampungan air, dan memantau jentik nyamuk. Plus disini dimaksudkan menghindari gigitan nyamuk.

"Bisa pakai losion, jika punya kolam harus melihara ikan agar jentiknya dimakan ikan. Karena jentik itu bisa saja berkembang," jelasnya.

Menurutnya, jentik nyamuk bisa berkembang dalam kurun waktu 8 hingga 10 hari kedepan. Sehingga kebersihan menjadi penting untuk mencegah adanya sarang nyamuk Aedes aegypti.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya