Tidak Hanya Lansia, Bayi Juga Bisa Kena Glaukoma

Penyakit glaukoma juga bisa terjadi pada orang-orang muda, bahkan pada bayi yang baru lahir

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 15 Mar 2019, 06:00 WIB
Diterbitkan 15 Mar 2019, 06:00 WIB
20160311-Ilustrasi Bayi-istock
Ilustrasi penyakit glaukoma pada bayi (Sumber: iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Penyakit mata glaukoma selama ini lebih erat kaitannya dengan orang-orang yang berusia tua. Padahal, kondisi sesungguhnya bisa dialami oleh usia yang lebih muda, bahkan pada anak yang baru lahir.

"Risiko yang terjadi pada orang muda mungkin untuk glaukoma primer tidak, tetapi bisa terjadi untuk glaukoma sekunder. Sebagian besar glaukoma sekunder. Ada juga yang pada bayi atau glaukoma kongenital," kata dokter spesialis mata Astri Suryono pada Health Liputan6.com ditulis Jumat (15/3/2019).

Dokter yang akrab disapa Tria mengatakan, bayi yang lahir dengan glaukoma akan memiliki mata yang besar. Besar yang dimaksud di sini berarti ada kelainan atau abnormal dan memiliki ukuran yang tidak biasa jika dibandingkan dengan ukuran mata bayi normal.

Tria mengatakan, glaukoma konginetal diakibatkan oleh kelainan genetik. Namun, lokus gen-nya berbeda dari mereka yang mengalami glaukoma primer atau yang penyebabnya tidak diketahui (ada kemungkinan pengaruh genetik).

Simak juga video menarik berikut ini:

 

Risiko pada perkawinan antar keluarga

Penyakit Kuning pada Bayi
Ilustrasi penyakit glaukoma pada bayi (Sumber: iStockphoto)

"Jadi ada gen yang salah kode mengakibatkan peningkatan tekanan bola mata saat bayi masih di kandungan, sehingga saat lahir tekanannya menjadi tinggi. Saraf mata juga mungkin sudah rusak," kata Tria.

"Walaupun angkanya lebih sedikit daripada glaukoma primer pada orang dewasa, tetapi itu ada," pungkasnya. Selain itu, Tria menambahkan bahwa mereka yang memiliki kultur perkawinan antar keluarga memiliki risiko besar terkena masalah tersebut.

Mereka yang sudah mengalami glaukoma konginetal akan mengalami kesulitan selama hidupnya, sehingga untuk mengatasinya tergantung dari kasus yang dialami. Sementara, penggunaan kacamata dianggap tidak banyak membantu karena saraf mata anak itu sudah rusak.

"Dia tidak menyelesaikan masalah. Makanya harus deteksi dini atau secepatnya bila dari bayi, mata anak berbeda secara anatomi. Pada primer yang dewasa pun juga tidak mudah mendiagnosis glaukoma. Makanya selalu anjurannya adalah skrining," kata Tria.

Sementara untuk anak muda, Tria mengatakan bahwa glaukoma yang terjadi banyak yang diakibatkan oleh kesalahan dalam penggunaan obat-obatan tertentu. Dia mengakui, Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta banyak mendapatkan pasien muda dengan kasus semacam itu.

"Karena itu, penting untuk edukasi terhadap masyarakat," kata Tria.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya