Mengenal Co-Parenting, Alternatif Pengasuhan Anak bagi Pasangan Cerai

Istilah co-parenting mungkin masih terdengar asing di telinga. Berikut sharing Mommy Vynditan Azalea dari Babyologist.

oleh Babyologist diperbarui 22 Apr 2019, 09:00 WIB
Diterbitkan 22 Apr 2019, 09:00 WIB
Ini Tips Mudah Mendidik Anak Sejak Usia Dini
Co-parenting ialah pengasuhan anak setelah perceraian, orangtua yang sudah bercerai tetap bersama-sama mengasuh dan membesarkan si Kecil meskipun sudah tidak ada ikatan pernikahan. (Foto: iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Tak ada satupun pasangan suami-istri yang menginginkan perceraian. Apalagi bila telah dikaruniai anak. Tapi, bila perpisahan tak terhindarkan, co-parenting mungkin bisa jadi solusi dalam membesarkan buah hati bersama-sama. Berikut sharing Mommy Vynditan Azalea dari Babyologist.

Istilah co-parenting mungkin masih terdengar asing di telinga. Nah, co-parenting sendiri ialah pengasuhan anak setelah perceraian, orangtua yang sudah bercerai tetap bersama-sama mengasuh dan membesarkan si Kecil meskipun sudah tidak ada ikatan pernikahan. Tidak ada satupun anak yang mau orangtuanya bercerai, dan tidak ada satu orangpun yang menginginkan rumah tangganya berujung perceraian bukan?

Perceraian merupakan salah satu hal yang berdampak besar pada psikologis anak. Banyak dari pasangan yang bercerai memutus hubungan dan menyisakan tanda tanya besar bagi anak, misal "Ma, papa mana?" atau "Pa, mamaku kemana kok jarang temuin aku?". Pertanyaan yang sangat menyayat hati tentunya. Apakah kita akan membiarkan anak kita bertanya seperti itu hanya karena keegoisan para orangtua yang bercerai? Jangan sampai anak merasa aku nggak disayang dan akhirnya mencari kasih sayang tersebut dari orang yang salah.

Kita mungkin mampu membesarkan anak seorang diri karena financial kita mencukupi, tapi apakah kasih sayang itu cukup? Anak mungkin akan merasa hampa. Wajar saja jika kita masih kesal bahkan benci terhadap mantan pasangan kita. Satu hal yang harus kita tempatkan di atas keegoisan kita adalah "Anak".

Saat kita bertanya untuk apa masih berhubungan dengan mantan, toh semuanya sudah selesai di meja persidangan? Ingat kembali bahwa urusan Anda dan mantan pasangan Anda masih berlanjut hingga kapan pun karena hadirnya buah cinta. Ubah cara pandang tersebut singkirkan ego dan pisahkan antara kekesalan karena ternyata, nyatanya masih belum ‘sembuh’ sepenuhnya pasca perceraian dan menempatkan kepentingan anak di atas ke-aku-an itu.

 

Bagaimana bila sudah mendapat pasangan baru?

Lalu bagaimana jika kita sudah mendapatkan pasangan? Haruskah tetap membesarkan anak bersama. Pilihan ada di tangan Anda. Diskusikan dengan kembali dengan pasangan Anda, tapi ada baiknya tetap terbuka untuk bertemu dan mempertemukan anak. Berikan juga pengertian kepada pasangan Anda perihal mantan pasangan dan anak Anda.

Pengasuhan yang tepat sangat penting bagi psikologis anak. Berikan juga pengertian pada anak jika memang sudah waktunya ia mengerti. Jelaskan tanpa harus bertele-tele, hanya saja penjelasan yang kita ucapkan tidaklah menjelek-jelekkan mantan pasangan kita, misal "Mama papa cerai karena papa kamu selingkuh". Sampaikan dengan sangat hati-hati agar tidak menimbulkan trauma dan kurang percaya diri, dan tidak menutup kemungkinan akan membuat emosinya meledak-ledak. Belum saatnya mereka tau masalah apa yang menimbulkan perceraian orangtuanya.

Cara paling baik adalah berdiskusi bersama mantan pasangan, duduk tenang bersama anak dan katakan "Nak, mulai besok, papa akan tinggal bersama om kamu, dan kita akan tetap di sini. Tapi papa akan tetap sering ke sini". Berikan juga pengertian bahwa meskipun sudah berpisah, kasih sayang Anda dan mantan pasangan Anda akan tetap sama pada anak.

Semoga bermanfaat.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya