Dari Ikan ke Manusia, Mikroplastik Bisa Merusak Organ Tubuh

Mikroplastik berupa potongan-potongan plastik meresap ke dalam tanah, ikan dan udara, yang mengancam kesehatan hewan dan manusia.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 22 Apr 2019, 17:00 WIB
Diterbitkan 22 Apr 2019, 17:00 WIB
Ikan di Laut
Dampak mikroplastik dari ikan sampai manusia. Ilustrasi (Foto: aoml.noaa.gov)

Liputan6.com, Australia Melalui sampel darah kering yang diambil dari kerang biru, ilmuwan Mark Browne menemukan, potongan-potongan kecil plastik atau mikroplastik. Sementara itu, tampak pula foto-foto penyu yang memakan kantong plastik, bagian dari kerusakan lingkungan yang ditimbulkan oleh sampah plastik manusia.

Potongan mikroplastik berukuran mulai dari sekitar lima milimeter atau seukuran sebutir beras hingga mikroskopis. Artinya, potongan plastik dapat dicerna oleh berbagai makhluk, dari plankton yang membentuk dasar rantai makanan laut hingga manusia.

Penelitian Browne yang dilakukannya pada tahun 2008 adalah salah satu yang pertama kali diperlihatkan. Bahwa partikel-partikel plastik itu tidak selalu melewati tubuh tanpa membahayakan.

Browne yang merupakan ahli ekotoksikologi di Universitas New South Wales, Sydney, Australia menegaskan, partikel mikroplastik yang tertelan secara fisik dapat merusak organ tubuh.

"Potongan plastik juga melarutkan bahan kimia berbahaya, seperti bisphenol A (BPA) yang mengganggu hormon hingga pestisida, yang dapat mengganggu fungsi kekebalan tubuh. Hal ini juga menghambat pertumbuhan tubuh dan reproduksi," papar Browne, dikutip dari Scientific American, Senin (22/4/2019).

Simak video menarik berikut ini:

Mengancam organ tubuh dan aliran darah

Ilustrasi sel darah merah
Mikroplastik mengancam organ tubuh dan aliran darah. (iStock)

Paparan mikroplastik dan bahan kimia dapat menumpuk di rantai makanan, yang berpotensi berdampak pada seluruh ekosistem, termasuk kesehatan tanah tempat kita menanam makanan. Mikroplastik juga terdapat di mana-mana, baik di air dan udara.

Mikroplastik dalam air yang diminum dan udara yang dihirup juga dapat mengenai manusia secara langsung. Orang yang terus-menerus terpapar mikroplastik dari wadah makanan dan minuman plastik dapat mengganggu hormon endokrin (hormon yang mengatur pertumbuhan).

Kehadiran mikroplastik pada ikan, cacing tanah, dan spesies lain memang meresahkan, tetapi bahaya sebenarnya terjadi jika mikroplastik berlama-lama di dalam tubuh, terutama jika mikroplastik keluar dari usus, lalu masuk ke aliran darah dan organ lain.

Para ilmuwan termasuk Browne telah mengamati tanda-tanda kerusakan fisik, seperti peradangan, yang disebabkan penusukan partikel dan gesekan mikroplastik pada dinding organ.

Para peneliti juga menemukan tanda-tanda mikroplastik yang tertelan dapat membawa bahan kimia berbahaya dan polutan lingkungan seperti pestisida yang tertarik ke permukaan plastik. Ini mengarah ke efek kesehatan, misal terjadi kerusakan hati.

 

 

 

Ganggu reproduksi

Vagina - Alat Reproduksi wanita (iStockphoto)
Mikroplastik bisa ganggu reproduksi. (iStockphoto)

Ahli ekotoksikologi di IMDEA Water Institute di Spanyol, Marco Vighi termasuk salah satu dari beberapa peneliti yang melakukan tes untuk melihat jenis polutan apa yang ada mikroplastik. Jumlah plastik mikro di danau dan tanah dapat menyaingi lebih dari 15 triliun ton partikel yang diperkirakan mengambang di permukaan laut saja.

Yang paling penting, dampak fisik dan kimia ini pada akhirnya memengaruhi pertumbuhan, reproduksi atau kerentanan organisme terhadap penyakit.

Sebuah studi mengejutkan yang diterbitkan pada Maret 2019 menunjukkan, ikan yang terpapar mikroplastik tidak hanya bereproduksi lebih sedikit. Namun, keturunan mereka secara tidak secara langsung terpapar partikel plastik. Potensi memiliki lebih sedikit anak dapat terjadi.

Manusia juga bisa menghirup serat mikroplastik dari udara. Partikel-partikel plastik kecil di udara dapat menyebabkan berbagai penyakit, termasuk kanker. Pekerja pabrik yang menangani nilon dan poliester telah menunjukkan bukti, iritasi paru-paru yang tinggi dibanding orang lain.

Stephanie Wright, peneliti di King's College London sedang berusaha memahami dengan lebih baik seberapa banyak manusia terpapar mikroplastik, apakah mikroplastik yang ada di udara dapat menembus paru-paru.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya